Wednesday, January 03, 2007

JEMAAT PERCONTOHAN

1 Tesalonika 1
“. . . kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya” (1Tes. 1:7)

Bukan berita yang baru lagi bila gereja-gereja di Indonesia dikabarkan sering mengalami tekanan-tekanan dari kaum mayoritas. Salah satu gereja yang pernah mengalami tekanan dari kaum tersebut adalah GKI pos P.I. Blimbing, Malang. Dikabarkan di sana bahwa masyarakat sekitar tidak menyukai kehadiran pos tersebut. Dan singkatnya, karena mereka merasa tidak digubris oleh pendeta dan jemaat pos Blimbing, maka mereka merangsek masuk ke pelataran gereja dan menjaga pintu masuk agar tidak ada lagi jemaat yang masuk ke ruang ibadah gereja.
Tapi apa yang dilakukan oleh pendeta dan jemaat yang ada di sana? Ternyata, mereka tetap melaksanakan ibadah. Mereka beribadah di samping gereja, di tempat yang terbuka. Dalam kepungan masyarakat yang ingin “menerkam” mereka, jemaat pos Blimbing tetap menaikkan pujian dan mendengarkan firman layaknya ibadah mingguan biasa. Dari peristiwa nyata tersebut, saya ingin mengajak para pembaca Suara Gembala untuk merasakan bagaimana keteguhan mereka untuk setia kepada Allah meski ancaman sedang datang. Mereka dapat dijadikan jemaat percontohan bagi jemaat-jemaat lainnya.
Menilik lembaran sejarah gereja mula-mula, jemaat Tesalonika pun juga mengalami tekanan-tekanan dari kaum mayoritas, yakni orang-orang Yahudi yang belum percaya Kristus (1Tes. 2: 14,15). Di sinilah terjadi penindasan terhadap kaum minoritas. Tapi, apa yang dilakukan oleh jemaat Tesalonika? Sungguh mengherankan, karena justru dalam tekanan, kerohanian mereka semakin melejit. Sebab itu, di awal tulisannya, rasul Paulus terlihat sedang “mengangkat topi” atas iman, kasih dan ketekunan mereka (ay. 3). Bahkan, lebih dari itu, mereka telah menjadi teladan untuk semua orang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Demikianlah mereka telah menjadi jemaat percontohan bagi orang percaya lainnya.
Bagaimana dengan jemaat GKKK Surakarta? Teman seperjuanganku, tak dipungkiri lagi bahwa kita sedang hidup dalam tekanan-tekanan dari kaum mayoritas. Inilah kenyataan hidup di bumi pertiwi Indonesia. Di luar sana, banyak orang Kristen yang akhirnya berkompromi dengan kaum mayoritas. Namun, bila kita rindu menjadi jemaat percontohan, maka seperti di Tesalonika, kita harus mempertahankan iman, kasih dan ketekunan pada Tuhan. Kita harus pantang menyerah dengan tekanan-tekanan mayoritas.

Contohlah apa yang baik dari jemaat Tesalonika!

No comments: