1 Tesalonika 4
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan” (1Tes. 4:3)
Indonesia masih dalam kebingungan untuk mendefinisikan tentang apa yang dimaksud dengan pornografi dan pornoaksi. Masih ada pro dan kontra yang sama-sama memiliki keabsahan argumentasi. Di manakah duduk perkaranya? Entahlah . . . ini masih remang-remang. Tapi meski demikian, kita sebagai orang Kristen masih memiliki standar yang jelas bila berbicara mengenai pornografi dan pornoaksi.
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan” (1Tes. 4:3)
Indonesia masih dalam kebingungan untuk mendefinisikan tentang apa yang dimaksud dengan pornografi dan pornoaksi. Masih ada pro dan kontra yang sama-sama memiliki keabsahan argumentasi. Di manakah duduk perkaranya? Entahlah . . . ini masih remang-remang. Tapi meski demikian, kita sebagai orang Kristen masih memiliki standar yang jelas bila berbicara mengenai pornografi dan pornoaksi.
Kita sebagai orang yang sudah ditebus dari kegelapan harus menyikapi liarnya pornografi dan pornoaksi dengan benar. Lebih jelasnya, kita harus tetap menjaga kekudusan diri sendiri. Itu yang jauh lebih penting. Hal yang sama juga pernah ditegaskan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Ia mengingatkan agar mereka waspada terhadap dosa percabulan. Mereka tidak boleh dikuasai oleh hawa nafsu, sama seperti orang-orang yang belum mengenal Allah.
Paulus merasa perlu mengingatkan masalah kesucian seksualitas karena mereka adalah orang-orang yang baru percaya kepada Kristus. Dan bahayanya, mereka selama ini dilahirkan dan diasuh di dalam masyarakat yang tidak lagi mementingkan kekudusan hidup. Percabulan adalah hal yang biasa bagi masyarakat sekitarnya. Sebab itu, berangkat dari kondisi masyarakat yang demikian, maka Paulus merasa penting untuk menggarisbawahi masalah kesucian seksualitas yang pernah ia ajarkan sebelumnya.
Dari tulisan Paulus dalam pasal 4, kita melihat bahwa masyarakat yang tidak suci akan selalu ada. Kehadiran dan kebejatan mereka yang demikian tidak mungkin dapat dipungkiri. Inilah kondisi sosial masyarakat yang masih dalam kegelapan. Namun yang paling penting adalah bagaimana orang Kristen menyikapi kondisi tersebut. Apakah orang Kristen itu justru terjerembab dalam pornografi dan pornoaksi? Apakah orang Kristen ternyata diam-diam juga menyimpan kepingan-kepingan VCD/gambar-gambar cabul? Apakah orang Kristen ternyata senang membayangkan orang lain ketika melakukan hubungan suami isteri dengan pasangannya? Perlu diingat, kita sebagai orang Kristen seharusnya tetap menjaga kesucian seksualitas, baik ketika bersama-sama orang lain maupun ketika sendirian.
Allah tidak pernah merasa jijik dengan seksualitas, namun Ia pasti merasa jijik terhadap dosa seksualitas
Allah tidak pernah merasa jijik dengan seksualitas, namun Ia pasti merasa jijik terhadap dosa seksualitas
No comments:
Post a Comment