1 Tesalonika 2
“. . . kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita . . . juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia . . .” (1Tes. 2: 4,6)
Tahun demi tahun pelayan Tuhan semakin bertambah dan semakin antusias. Dahulu orang yang melayani adalah orang-orang yang sama, tetapi sekarang orang yang melayani sudah mulai berbeda-beda. Bukankah ini suatu kemajuan? Tapi perlu kita kritisi sekarang adalah, apakah semua orang yang melayani dapat menghasilkan pelayanan yang bermakna? Jangan sampai pelayanan yang dilakukan menjadi sia-sia selama ini. Hari ini, kita akan belajar bagaimana menghasilkan pelayanan yang bermakna dari 1 Tesalonika 2.
“. . . kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita . . . juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia . . .” (1Tes. 2: 4,6)
Tahun demi tahun pelayan Tuhan semakin bertambah dan semakin antusias. Dahulu orang yang melayani adalah orang-orang yang sama, tetapi sekarang orang yang melayani sudah mulai berbeda-beda. Bukankah ini suatu kemajuan? Tapi perlu kita kritisi sekarang adalah, apakah semua orang yang melayani dapat menghasilkan pelayanan yang bermakna? Jangan sampai pelayanan yang dilakukan menjadi sia-sia selama ini. Hari ini, kita akan belajar bagaimana menghasilkan pelayanan yang bermakna dari 1 Tesalonika 2.
Dalam pasal 2, kita akan menemukan bahwa hasrat untuk berpusat pada Allah merupakan kunci dari pelayanan yang bermakna. Ini pulalah yang dilakukan oleh rasul Paulus, Silwanus dan Timotius. Mereka menandaskan bahwa pemberitaan yang mereka tebarkan kepada jemaat Tesalonika bukan untuk memuaskan hati manusia, melainkan untuk memuaskan hati Allah. Sebab itu, mereka tidak bermulut manis dan tidak mencari pujian dari manusia (ay. 5,6). Orientasi pelayanan mereka berpusat pada Allah.
Apa buahnya? Secara eksplisit memang tidak dituliskan buahnya. Namun bila kita melihat kembali secara teliti pada pasal pertama, maka kita menemukan bahwa ketegaran iman jemaat Tesalonika merupakan buah pelayanan Paulus cs yang benar. Ketegaran iman jemaat muncul ketika mereka berpusat pada Allah. Mereka menjadi jemaat yang menyukakan hati Allah daripada menyukakan lawan-lawan mereka. Bukankah sikap jemaat yang demikian merupakan buah pelayanan Paulus dan kawannya yang berpusat pada Allah? Boleh dikatakan, orientasi pelayanan Paulus cs telah memberikan makna bagi jemaat Tesalonika.
Saat ini, bertanyalah dengan jujur kepada diri sendiri, di antara sekian banyak pelayanan yang kita lakukan, berapa kali kita melayani untuk Allah? Saya yakin bila kita melayani untuk Allah, maka kita akan “tahan banting” bila menghadapi kritik sana-sini. Selain itu, kita akan menuntaskan pekerjaan Tuhan tanpa berharap sedikit pun untuk menerima pujian dari orang lain. Akhirul kata, bila kita berpusat pada Allah, maka segala pelayanan kita pasti bermakna karena pasti akan membawa dampak positif bagi orang-orang sekitar kita. Percayalah!
Kebanggan apalagi yang dapat kita nikmati selain mendengarkan kabar bahwa pelayanan kita telah menghasilkan makna
No comments:
Post a Comment