Thursday, November 27, 2008

HIDUP BERKEMENANGAN


Roma 8: 37

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”


"KEAJAIBAN yang hilang," mungkin itulah istilah yang paling pantas diberikan bagi perekonomian Indonesia sejak tahun 1998. Setelah berpuluh-puluh tahun terbuai oleh pertumbuhan yang begitu mengagumkan, tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami kontraksi begitu hebat. Faktor-faktor yang mempercepat efek negatif perekonomian negara antara lain: menguapnya dengan cepat kepercayaan masyarakat, ketidakpastian kepemimpinan pasca Soeharto, sikap plin-plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang luar negeri yang segera jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan, dan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia.


Semua rakyat dan termasuk orang Kristen pun turut menderita. Sampai saat ini pun krisis ekonomi masih dirasakan kita. Banyak orang takut kalau-kalau perusahaan mem-PHK dirinya. Banyak orang merasa stress dan akhirnya jatuh sakit karena tempat usahanya semakin sepi pengunjung. Dalam kunjungan beberapa waktu lalu, saya menjumpai seorang jemaat yang menunggu tokonya. Dia berkata, “Toko saya sangat sepi. Dan tahun ini paling sepi. Tahun 2008 adalah tahun yang paling sulit.” Penderitaan itu sangat dekat dengan kita.


Tatkala kita mengalami penderitaan, entah itu kesulitan ekonomi, kesehatan yang terganggu, situasi-situasi tertentu yang menekan dan menjepit kita, maka apa yang perlu dilakukan? Kitab Roma akan memberikan jawabannya. Berbicara soal penderitaan, orang-orang Kristen di kota Roma pun juga mengalaminya. Mereka sering mengalami ketertekanan batin yang luar biasa karena sering dikejar, dianiaya, dibunuh demi mempertahankan iman kristianinya. Mereka hidup dalam kondisi yang mengancam, serba tidak pasti, dan tidak tahu apakah mereka akan hidup esok harinya. Pernahkah kita merasakan kondisi yang tidak pasti seperti demikian?


Seorang pendeta Sri Lanka yang pernah duduk sekelas dengan saya berkata, “Saya benar-benar bisa menghayati apa artinya hidup bergantung pada Tuhan.” Dia baru bisa berkata demikian setelah dia hidup dan melayani di daerah konflik antara tentara nasional dan pemberontak. Di sana tembak-menembak sering terjadi dan mayat-mayat bergeletakan di jalan-jalan. Dan beberapa kali, teman saya ini nyaris tertembak. Selain itu, istrinya juga nyaris tewas. Pada waktu sang istri keluar dari rumah untuk mengunjungi suaminya, 3 menit setelah itu rumahnya terkena bom. Sesudah itu, mereka membangun rumah, tapi tak lama kemudian rumah barunya dijarah dan dibakar massa. Begitulah situasinya di sana. Sebab itu, ia berkata, “Aku tidak pernah tahu apakah aku akan hidup sampai hari esok?” Benar-benar ia hidup dalam situasi yang tidak pasti.


Mungkin seperti itulah situasi jemaat di kota Roma waktu itu. Mereka mengalami berbagai penderitaan yang membuat situasi kehidupan serba tidak pasti. Tapi apa yang Paulus katakan untuk menghibur mereka? Paulus menegaskan, “. . . dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang . . .” Dalam bahasa yang lain dikatakan, “. . . di dalam semuanya itu kita mendapat kemenangan yang sempurna . . .” (BIS). Bagaimana mungkin Paulus berkata bahwa kita adalah orang-orang yang mendapat kemenangan sempurna ketika ada penderitaan yang sangat nyata?


Banyak orang memang sering mengaitkan kemenangan dengan hal-hal yang kelihatan. Contohnya, orang yang mengalahkan persaingan bisnis dengan pesaingnya akan dianggap menang. Orang yang sakit lalu sembuh akan dianggap menang. Orang yang miskin lalu kaya akan dianggap menang. Orang yang juara/berprestasi dalam perlombaan dianggap menang. Inilah arti kemenangan pada umumnya.


Tapi arti kemenangan yang dimaksud Paulus berbeda. Paulus mengaitkan kemenangan yang sempurna dengan kasih Allah. Jelas sekali ia menambahkan alasan mengapa kita bisa menang, yaitu karena, “. . . oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Ini artinya dan sekaligus kunci kemenangan sempurna setiap orang Kristen. Kita menang karena Allah telah membuktikan kasih sayang-Nya melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Dan sekali Allah mengasihi kita, maka selamanya Ia akan terus mengasihi kita. Sebab itu, Paulus berkata dengan sangat agung: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya atau pedang? . . . Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah . . .” (ay. 35, 38-39). Inilah sebuah kemenangan, yaitu ketika kita tidak terpisah dari kasih Allah.


Kemenangan sempurna bukan berarti kita terlepas dari penderitaan. Kemenangan sempurna bukan berarti kita terlepas dari sakit penyakit. Kemenangan sempurna bukan berarti kita terlepas dari situasi-situasi yang penuh tekanan. Bukan itu. Tapi kemenangan sempurna berarti kita tidak terlepas dari kasih Allah.


Jangan pernah remehkan kuasa kasih Allah dalam kehidupan kita. Coba pikirkan. Tatkala kita menghadapi kesulitan yang besar atau bertubi-tubi, maka biasanya godaan untuk meninggalkan iman itu terbuka lebar. Perhatikan istri Ayub. Tatkala kesulitan yang dahysat mengguncang keluarganya, ia langsung berkata pada Ayub, “Kutukilah Allahmu dan matilah!” Lihatlah godaan untuk meninggalkan iman yang terbuka lebar untuk istri Ayub.


Seorang jemaat pernah bercerita tentang penderitaannya. Uangnya ditipu oleh koperasi puluhan juta, ia juga sedang mengalami sakit bertahun-tahun, selain itu ia sering mendapatkan tekanan dari keluarganya yang belum percaya. Bagaimana tanggapannya terhadap penderitaan-penderitaannya itu? Ia berkata, “Mengapa setelah menjadi orang Kristen aku merasa hidupku tidak semakin damai?” Di sini kita kembali melihat adanya godaan untuk meninggalkan iman tatkala kesulitan/penderitaan itu datang.


Penderitaan yang kita hadapi seringkali menyerang pertahanan benteng iman kita. Terlalu banyak serangan yang sesungguhnya dapat merobohkan iman kita. Tapi kita perlu berhenti sejenak untuk bertanya, apa yang membuat iman kita masih bertahan meski kita mengalami penderitaan? Kala badai masalah mengguncang kita, mengapa kita masih bisa bertahan? Jawabannya sederhana, itu karena Allah masih mengasihi kita. Pernahkah kita merenungkan akan hal ini. Kasih Allah itulah yang terus membuat kita tetap tegar dalam berbagai penderitaan. Kasih Allah itulah yang terus memelihara kesetiaan kita. Kasih Allah bagaikan sebuah energi tak kelihatan yang menguatkan dan menopang kita untuk mengarungi hidup yang ganas ini. Sekali lagi, jangan pernah remehkan kasih Allah bagi kehidupan kita. Karena itu, tidak heran, bila raja Daud pernah berkata, “Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu” (Mzm. 36:8).


Di tengah situasi yang sulit dan serba tidak pasti seperti ini orang-orang bisa saja berkata bahwa keajaiban telah hilang. Harapan, semangat dan tenaga untuk meraih cita-cita tertentu telah hilang. Tapi ingat, janganlah kita terpaku pada hal-hal yang defisit. Mengapa? Karena ada satu hal surplus yang tidak pernah hilang dari kita, yaitu kasih Allah. Kasih Allah yang limpah ruah masih bisa kita alami dalam situasi apapun. Tidak ada satu hal pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Inilah kemenangan sempurna kita. Selamat menjadi pemenang!

Monday, November 24, 2008

Bunuh Diri Ditayangkan Langsung via Internet

MIAMI,SENIN-Seorang remaja Florida bunuh diri dengan meneguk koktail pil maut di depan webcam miliknya, sementara pemuda lain menyaksikan tindakan nekadnya secara langsung di internet.

Abraham Biggs (19), dari Pembroke Pines, dekat Miami, meminum campuran tiga obat keras, selagi ia berhubungan secara online dengan orang-orang muda lainnya, kata pihak berwenang kawasan Broward.

Pihak berwenang menyatakan kepada AFP, Minggu (23/11) belum jelas siapa yang menyaksikan pria itu meregang nyawa.

"Biggs "meninggal dunia di depan webcam miliknya dan itu disiarkan langsung, namun saya tidak bisa memberikan informasi lebih jauh, kami sedang mengusut kasus ini," kata Sersan John Gazzano dari Kepolisian Kawasan Broward.

Video bunuh diri itu pertama kali disiarkan langsung pada Justin.tv dan kemudian muncul di berbagai situs lainnya, seperti YouTube.com, The Miami Herald melaporkan. Kedua situs internet sejak itu tak menyiarkan lagi klip bunuh diri ini.

"Tak terbayangkan," kata Abraham Biggs Sr, ayah pemuda itu. "Saya telah melakukan segalanya yang bisa dikerjakan. Sangat disayangkan semua itu tak cukup." Sang ayah, profesor matematika di Broward College, mengatakan ia terakhir berbicara dengan putranya Rabu (19/11) pagi mengenai sistem GPS baru, tulis Herald.

Kurang pede dan kecewa

Menurut Kantor Pemeriksa Medis Broward County, pemuda berusia 19 tahun itu menelan kombinasi mematikan benzondiazepine, obat anti-depresi yang dipakai untuk merawat insomnia dan opiate. Ia memiliki resep untuk obat-obatan tersebut.

Natasha Mazzolino, seorang sahabat karibnya, mengemukakan Biggs "adalah orang yang paling mempesona yang pernah ditemuinya."

Namun demikian, ia sedang berusaha keras mengatasi perasaan kurang percaya diri dan kecewa atas hubungannya dengan kekasihnya serta perceraian kedua orang tuanya pada 2004, tulis Herald mengutip Mazzolino.

(Diambil dari: http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/24/06110912/Bunuh.Diri.Ditayangkan.Langsung.via.Internet)

Friday, November 21, 2008

Kontroversi Berdirinya Partai Seks di Australia

SYDNEY, KAMIS — Nama partai ini mungkin dianggap sebagai lelucon, tetapi Partai Seks Australia serius. Partai ini serius tentang berbagai isu tentang seks sesuai slogan mereka.

Partai terbaru di Australia itu serius tentang berbagai isu soal seks, termasuk akan menjegal rancangan undang-undang untuk memblokir 10.000 situs dewasa. Partai itu juga memperjuangkan kurikulum pendidikan seks nasional dan mendorong untuk melegalkan perkawinan sesama jenis.

Partai ini didirikan pada Kamis (20/11) di ajang Sexpo, pameran tahunan seks di Melbourne. Mereka mengklaim telah memiliki 500 anggota dan siap mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum, pekan depan. Para anggotanya sebagian besar dari Asosiasi Industri Dewasa Nasional (Eros). Mereka pun yakin bisa mendulang suara besar dalam pemilu.

"Kami prihatin pemerintahan Australia akan menjadi sebuah negara pengasuh anak dan tentang gaya konservatif dalam berpolitik," kata Ketua Eros Fiona Patten kepada Associated Press melalui telepon.

Patten berharap Perdana Menteri Kevin Rudd, pimpinan Partai Buruh yang beraliran kiri-tengah dan berkuasa setahun lalu, akan lebih progresif.

Patten mengecam rencana pemerintah memblokir puluhan situs dewasa. "Jika mereka ingin memblokir pornografi anak, tidak masalah. Namun, mereka juga akan memblokir beberapa situs dewasa, seperti playboy.com, sebuah situs yang materinya bisa Anda beli di agen atau disewa di toko video dewasa. Ini tentu kemunduran 30 tahun," katanya.

Direktur Umum Kelompok Lobi Kristen Australia Jim Wallace mengecam berdirinya Partai Seks. Mereka menilai, partai itu memiliki pandangan tidak pantas tentang wanita. "Pornografi dan prostitusi sangat merusak wanita dan anak-anak. Ide partai politik ini akan melanggar sensibilitas sebagian besar warga Australia yang meyakini wanita harus dihormati," kata Wallace.

Sebaliknya, Patten yakin Partai Seks Australia menawarkan pandangan baru kepada rakyat Australia. Partai ini memiliki slogan "Kami serius tentang seks". Mereka siap bersaing dalam pemilu Senat dan dewan perwakilan rakyat negara bagian.

(Diambil dari http://kompas.com/read/xml/2008/11/20/15172674/kontroversi.berdirinya.partai.seks.di.australia)

Friday, November 14, 2008

BRAVO IKANKU


Tak lama setelah menempati ruangan kantor baru di gedung gereja yang baru, saya segera membeli akuarium dan 4 ikan. Di antara mereka ada 2 ikan yang sejenis. Saya tidak tahu namanya. Tapi Anda bisa melihat pada foto di atas.

Selang beberapa hari setelah pembelian ikan, saya menjumpai bahwa salah satu ikan yang dipotret itu sedang sekarat. Belum tau penyebab pastinya. Ikan yang sekarat itu tidak banyak bergerak kian kemari. Ia hanya "berdiri" dan mengapung ke permukaan. Sangat lemah dan hampir tak bergerak. Yang menarik adalah temannya beberapa kali menyundul-nyundul teman yang sekarat itu. Dan setiap digoda, ikan yang sekarat itu akhirnya bergerak lebih lincah. Ia membalas menyundul temannya. Dampaknya, ikan yang sekarat itu sekarang lebih lincah meski ia masih "berdiri" mengapung di permukaan.

Dari sini saya belajar bagaimana efek sebuah cinta terhadap sesamanya. Ia mungkin tidak dapat menyembuhkan yang terluka, tapi setidaknya ia dapat memberikan kegembiraan di tengah-tengah situasinya yang terluka. Ia dapat menguatkan sesamanya agar tetap bertahan dalam penderitaan. Ia menghidupkan semangat yang padam. Apakah kita memiliki cinta yang demikian kepada sesama?

Monday, November 10, 2008

MENERIMA, MENYIMPAN, LALU MATI

Di Palestina ada dua laut yang sangat berbeda. Yang satu dinamakan laut Galilea, sebuah danau yang luas dengan air yang jernih dan bisa diminum. Ikan dan manusia berenang dalam danau tersebut. Danau itu juga dikelilingi oleh ladang dan kebun hijau. Banyak orang mendirikan rumah mereka di sekitarnya. Yesuspun berlayar di danau itu beberapa kali.


Laut yang lain dinamakan Laut Mati, dan sungguh-sungguh sesuai dengan namanya, segala sesuatu yang ada di dalamnya mati. Airnya sangat asin sehingga bila orang meminumnya orang itu bisa sakit karenanya. Danau itu tidak ada ikannya. Tak ada sesuatupun yang tumbuh di tepiannya dan tak seorangpun ingin tinggal di sekitar danau itu karena baunya yang tak sedap.


Yang menarik adalah kedua laut tersebut ternyata berasal dari satu sungai, yaitu sungai Yordan. Tapi mengapa kedua laut itu bisa berbeda karakteristiknya? Bedanya adalah: Danau yang satu menerima dan memberi; sedangkan danau yang satunya hanya menerima dan menyimpan. Di Laut Galilea, Sungai Yordan mengalir ke permukaan danau Galilea dan mengalir keluar dari dasar danau tersebut, danau tersebut meneruskan air Sungai Yordan kepada danau lainnya. Sedangkan di Laut Mati, Sungai Yordan mengalir ke laut mati, namun tak pernah keluar lagi. Laut mati hanya menyimpan air Sungai Yordan bagi dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya mati.

Thursday, November 06, 2008

MENGAPA KEINTIMAN HILANG SETELAH PERNIKAHAN?

Kejadian 1: 26; 2: 24

Pertanyaan di atas sungguh sangat akrab di telinga kita. Tidak jarang pasangan nikah mengeluhkan hal demikian, bahkan mungkin kita pun juga. Seorang istri berkata, “Selama menikah dengan suamiku 10 tahun lamanya, aku merasa kalau aku ini tidak bersuami. Banyak hal aku kerjakan sendirian, tanpa suamiku. Kering rasanya. Tapi kalau untuk orang lain, ia sangat hebat.” Di kesempatan lain, seorang suami berkata, “Pak, saya ini sudah menikah lebih dari 20 tahun, tapi pernikahanku tidak pernah bahagia. Sejak awal menikah. Bayangkan, Pak!” Kemanakah keintiman itu terbang setelah menikah sekian lama?

Apa yang menyebabkan keintiman itu hilang? Hal-hal penyebabnya antara lain: Pertama, waktu bersama-sama yang terhilang. Dalam zaman yang makin sibuk, kita sering mengkambinghitamkan kesibukan sebagai alasan untuk tidak berduaan dengan pasangan kita. Kalau istri meminta waktu untuk bicara bersama-sama di kamar, maka suami berkata, “Sebentar, saya sedang sibuk. Saya lelah. Saya perlu tidur, bukan bicara-bicara, karena besok harus bangun dan kerja kembali.” Sebaliknya, bila suami mengajak istri untuk menemaninya ke suatu tempat, istri berkata, “Kamu pergi sendirian saja, kan di sana saya tidak ngapa-ngapain. Saya masih punya banyak urusan di rumah. Anak-anak sendirian. Kasihan.” Selalu saja ada alasan untuk tidak berduaan dengan pasangan kita. Inilah yang menyebabkan keintiman akan runtuh perlahan-lahan.

Tony dan Laura (nama-nama samaran) adalah pasangan suami-istri yang cerdas dan masih muda. Usia mereka menjelang 30 tahun. Keduanya lulusan perguruan tinggi dan memiliki karier yang bagus. Tony bekerja di sebuah firma hukum sedangkan Laura bekerja di departemen sumber daya manusia. Waktu berlalu, dan anak pertama mereka lahir. Laura pun memutuskan untuk berhenti bekerja demi merawat anaknya.

Karena masalah ekonomi yang terjadi, Tony bekerja keras. Ia sibuk memperjuangkan berbagai kasus dan belajar memenangkan kasus terus-menerus. Hidupnya banyak di kantor, dan kalaupun pulang ke rumah ia membawa pekerjaan kantor yang belum selesai. Sementara itu, Laura mengganti popok, kurang tidur, berusaha tetap ramping dan segar, pergi ke swalayan untuk membeli susu bayi, serta aktif pelayanan di gereja. Tidak kalah sibuknya dengan Tony.

Singkatnya, mereka akhir-akhir ini sering bertengkar. Mereka berkata bahwa mereka sudah tidak saling menyukai kepada konselornya. Tony menyalahkan Laura karena selalu kelelahan dan mengomel, Laura pun menyerang Tony karena tidak membantu pekerjaan rumah tangga. Apa penyebabnya? Setelah diselidiki, penyebabnya adalah karena mereka tidak pernah meluangkan waktu bersama-sama sejak anak pertamanya lahir. Mengetahui itu, maka konselornya meminta mereka untuk kembali menemukan waktu bersama-sama, yang tanpa ada gangguan dari pihak lain, termasuk dari anak-anak.

Kita perlu menemukan waktu bersama-sama dengan pasangan yang mungkin selama ini sudah terhilang sekian lama. Waktu bersama-sama tentu tidak harus artinya kita mengobrol di kamar, tapi bisa juga kita melakukan kegiatan bersama, seperti berenang, makan, menonton film/bioskop, dan sebagainya. Yang terpenting adalah kita meluangkan waktu, bukan menyisakan waktu. Ambillah kesepakatan dengan pasangan kita untuk menemukan dan menentukan waktu tertentu yang tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun.

Kedua, harapan yang tidak realistis. Setiap pasangan pasti membawa segudang harapan ke dalam pernikahannya. Dan biasanya, harapan-harapan itu berasal dari pembentukan di masa lalu serta segala pengalaman dalam hidupnya. Nah masalah baru akan terjadi bila kedua pasangan memiliki harapan-harapan yang tidak realistis. Harapan yang tidak realistis sudah tentu akan membuahkan tuntutan yang tidak realistis pula pada lawan pasangan. Sekali tidak tercapai, maka ia akan marah, kecewa, atau membencinya. Akhirnya, dampak seperti inilah yang meruntuhkan bangunan keintiman sebuah pernikahan.

Ada beberapa mitos seputar pernikahan yang seringkali membentuk harapan yang tidak realistis, misalnya: (1) Pernikahan akan mencukupi semua kebutuhanku. Tidak jarang orang berpikir bahwa hidupnya akan terasa sempurna atau terpuaskan dengan pernikahan. Akhrinya, pasangan yang termakan mitos ini akan menuntut lawan pasangannya untuk senantiasa memenuhi kebutuhan pribadinya. Jika tidak terpenuhi, maka ia akan marah dan kecewa. (2) Cinta romantis harus selalu ada setiap waktu dalam pernikahan. Mungkin kita berpikir bahwa setiap hari pasangan nikah seharusnya selalu mesra, selalu berkata “I love you”, sering memeluk, dan seterusnya. Padahal, cinta romantis itu bersifat tidak konstan, up and down. Apa sebabnya? Karena cinta romantis merupakan cinta emosional. (3) Pasangan nikah adalah sahabat satu-satunya. Sebagian pasangan nikah sering berpikir bahwa setelah menikah maka sahabat satu-satunya adalah sang suami atau sang istrinya. Meski secara teoritis orang tidak menyetujuinya, tapi toh saya beberapa kali menjumpai kasus yang demikian. Bila kita termakan mitos ini, maka tentunya tidak heran bila kita akan kecewa bila pasangan kita memiliki sahabat-sahabat yang lain. (4) Kepuasan seksual menjadi salah satu indikator penting dalam pernikahan yang bahagia. Banyak sekali literatur psikologi atau seputar pernikahan yang menyebutkan tentang berapa kali pasangan nikah perlu mengadakan hubungan seksual. Mereka berasumsi bahwa seks merupakan faktor esensial untuk memperkuat keintiman. Sebab itu, mereka menganjurkan para pasangan nikah untuk melakukan hubungan seks sesering mungkin. Seorang konselor Kristen asal Singapura, Anthony Yeo, mengatakan bahwa pendapat itu tidak selalu benar. Di dalam kenyataan ini, ada sebagian pasangan yang memiliki pernikahan bahagia meski tidak melakukan hubungan seksual yang sering. Sebaliknya, mungkin pula ada sebagian pasangan yang sering melakukan hubungan seksual di dalam pernikahan tidak bahagia.

Waspadalah terhadap beberapa mitos pernikahan tadi. Akhirnya, semua berpulang pada kita sendiri. Kitalah yang harus berpikir kritis terhadap segala pendapat di sekeliling kita.

Ketiga, kepercayaan yang terhilang. Mempercayai pasangan adalah salah satu penunjang bangunan keintiman pernikahan. Dalam kasus ekstrim, runtuhnya kepercayaan terhadap lawan pasangan biasanya terjadi ketika ia mengetahui bahwa pasangannya berselingkuh. Perlu diakui bahwa kasus ini seringkali membuat kepercayaan pasangannya runtuh dan hancur berkeping-keping. Akhirnya, tidak heran bila mereka akan mengalami kesulitan yang luar biasa untuk memulihkan keintiman pernikahannya.

Tapi dalam kasus yang biasa, keintiman pernikahan ternyata juga dapat terkikis oleh hal-hal yang tampaknya sederhana. Contohnya: (1) Ketakutan untuk menjadi diri yang apa adanya. Bila dalam pernikahan terdapat salah satu pasangan yang takut untuk menjadi dirinya sendiri, maka itu sudah cukup merobohkan keintiman pernikahan perlahan-lahan. Mengapa? Karena, sehari-hari orang itu akan hidup dalam bayang-bayang ketakutan dimarahi lawan pasangannya bila ia berkata atau berbuat salah. Ia tidak merasa bebas menjadi diri sendiri di hadapan pasangannya. Sudah tentu orang yang memiliki ketakutan seperti ini akan sulit membangun keintiman pernikahannya. (2) Ketakutan untuk “melepaskan” pasangannya. Seorang istri yang sudah menikah belasan tahun bercerita bahwa ia sudah muak dengan perilaku suaminya. Dengan panjang lebar ia menjelaskan bahwa suaminya terlalu posesif, seakan-akan apa yang ia lakukan selalu dimonitor oleh suaminya. Kalau ia pergi dengan teman-teman gereja, maka suami menunjukkan wajahnya yang muram di rumah. Mungkin suami itu memiliki hukum: semakin diikat, pasangannya semakin terikat padanya. Ia memiliki ketakutan untuk “melepaskan” pasangannya bergaul dengan teman-teman lainnya. Apa jadinya? Dalam kenyataannya yang terjadi adalah: semakin diikat, pasangannya justru semakin gerah dan ingin melepaskan diri. Inilah contoh-contoh bentuk kepercayaan yang hilang terhadap pasangan kita.

Untuk memulihkan kepercayaan kita terhadap pasangan atau pasangan terhadap kita, maka kedua pihak perlu membangun kepercayaan sedikit demi sedikit. Kita tidak dapat menumbuhkan kepercayaan dengan paksaan atau ancaman. Ini berarti kita tidak dapat memaksa pasangan untuk cepat mempercayai kita. Apalagi, hal ini akan semakin sulit terjadi bila kita pernah berselingkuh. Tugas kita adalah menabur benih-benih perbuatan yang dapat memulihkan kepercayaan, seperti: kalau sudah berjanji maka kita harus menepatinya, tidak menjadikan pasangan sebagai korban atas kesenangan pribadi, atau memberikan apa yang disukai pasangan (seperti kejutan-kejutan hadiah kecil). Ini bagian yang dapat kita kerjakan, selanjutnya biarkan Tuhan menumbuhkan kepercayaan sesuai dengan waktu-Nya.

Sebagai penutup, saya mau katakan, Allah itu tertarik dengan masalah keintiman. Mau bukti? Kejadian 1: 26 mencatat, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita . . .” Perhatikan kata “Kita”. Dunia teologi menggunakan kata “Kita” sebagai salah satu bukti ketritunggalan Allah. Tapi mestinya kita dapat melihat lebih jauh dari sekadar pembuktian rasional. Kata tersebut sesungguhnya menyiratkan soal keintiman. Ketiga pribadi Allah itu bekerja bersama-sama dalam penciptaan. Seolah-olah ketiga pribadi itu bisa menari dalam panggung ciptaan-Nya dengan begitu indahnya. Keintiman ketritunggalan Allah juga pernah digarisbawahi oleh Yesus ketika Ia berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.”

Sebab itu, ketika Allah berkata, “. . . seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging,” maka artinya Allah memanggil pasangan suami-istri untuk memiliki keintiman dalam pernikahan. Dengan kata lain, keintiman adalah tanda sebuah pernikahan yang dimaksud dan diperkenan Allah. Intim tidak berarti kita kehilangan kepribadian yang unik. Intim tidak berarti kita kehilangan identitas. Sama seperti Allah Tritunggal, intim antar suami-istri berarti pribadi-pribadi unik yang sudah dipersatukan Allah itu menari di panggung keluarga dengan harmonis. Mereka tetap berbeda, tapi mereka bisa menari dengan harmonis. Itulah keintiman, dan itulah yang dikehendaki Allah dalam pernikahan kita.