Kidung Agung 7
“. . . kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju . . .” (Kid. 8:10)
Setiap orang pasti memiliki rasa memiliki (sense of belonging) terhadap sesuatu atau seseorang. Ada yang memiliki rasa memiliki terhadap sebuah mobil. Setiap hari mobilnya pasti dieman-eman. Ada yang memiliki rasa memiliki terhadap sebuah perhiasan. Mungkin setiap hari ia akan memandang keindahan perhiasannya dan menyimpannya dengan super hati-hati. Ada yang memiliki rasa memiliki terhadap anjing kesayangannya. Bisa jadi setiap hari ia memeriksa kutu dan memberinya dog food dengan rajin. Dari semuanya ini, kita dapat melihat bahwa seringkali rasa memiliki akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang positif terhadap yang dimilikinya.
“. . . kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju . . .” (Kid. 8:10)
Setiap orang pasti memiliki rasa memiliki (sense of belonging) terhadap sesuatu atau seseorang. Ada yang memiliki rasa memiliki terhadap sebuah mobil. Setiap hari mobilnya pasti dieman-eman. Ada yang memiliki rasa memiliki terhadap sebuah perhiasan. Mungkin setiap hari ia akan memandang keindahan perhiasannya dan menyimpannya dengan super hati-hati. Ada yang memiliki rasa memiliki terhadap anjing kesayangannya. Bisa jadi setiap hari ia memeriksa kutu dan memberinya dog food dengan rajin. Dari semuanya ini, kita dapat melihat bahwa seringkali rasa memiliki akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang positif terhadap yang dimilikinya.
Coba, andai kita memiliki rasa memiliki terhadap pasangan kita. Apa jadinya? Pasti kita akan merasa eman-eman, rajin “merawatnya”, mengagumi keindahannya, dan sebagainya. Wahai manusia, betapa pentingnya memiliki rasa memiliki terhadap pasangan kita. Kira-kira itulah juga yang sedang disampaikan oleh Kidung Agung yang dilantunkan dalam ayat 1-13. Dari ayat-ayat itu, nampaknya raja Salomo sedang melantunkan kidung di hadapan sang mempelainya. Ah pokoknya, mereka berdua itu terlihat sangat intim. Tapi kita mesti tanya, apa yang membuat mereka sedemikian intim? Mungkin salah satu jawabannya terletak di ayat 10: “Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.” Pada kalimat yang pendek itu terletak pesan penting, yaitu milikilah rasa memiliki. Tanpa rasa memiliki seperti ini, mana mungkin keintiman di antara mereka bisa terjalin?
Sama halnya dengan pernikahan kita saat ini. Mana mungkin keintiman, bahkan kesehatan, pernikahan akan terbangun bila kita tidak memiliki rasa memiliki terhadap pasangan kita? Jujurlah pada diri kita. Seringkali rasa memiliki terhadap pasangan ditukar dengan rasa memiliki terhadap mobil, karier, dunia usaha, hobi, dan segala kesibukan kita. Akhirnya, kita merasa bahwa pernikahan menjadi hambar, kehangatan cinta menjadi pudar. Bila diteruskan, maka pernikahan menjadi neraka di dunia. Di saat-saat seperti inilah, dosa perselingkuhan telah “mengintip” di depan pintu hati kita. Karena itu, sebelum kita dijajah oleh dosa yang demikian, milikilah rasa memiliki terhadap pasangan kita; jangan tukar pasangan kita dengan hal-hal lain yang sebenarnya tidak dapat menemani kita hingga di ranjang kematian.
Kekasihku kepunyaanku dan aku kepunyaan dia (Kid. 2:16)
No comments:
Post a Comment