Saya kira kita semua pernah mengalami hidung yang buntu. Biasanya, hal itu terjadi pada masa-masa kita menderita pilek. Akhir-akhir ini, saya pun mengalami hidung buntu. Wah Anda tahu sendiri rasanya. Saya menjadi sulit bernapas yang akhirnya membuat saya tidak bisa tidur malam dengan nyenyak karena saya harus bernapas dengan mulut. Beberapa hari saya alami hal ini.
Dari pengalaman itu, saya share dengan istri tentang seorang jemaat yang pernah saya kunjungi. Orang ini sudah tidak bisa diajak lagi bicara karena sudah memasuki tahap koma akibat penyakit stroke yang parah. Ia harus dibantu dengan infus untuk menyuplai makanannya. Namun tekanan yang saya share-kan pada waktu itu adalah saya melihat bagaimana dia bernapas dengan mulutnya. Entah kenapa, ia sudah tidak bisa lagi bernapas dengan hidungnya. Wah sungguh memprihatinkan, karena dia harus bernapas dengan mulut maka bibirnya menjadi pecah-pecah.
Lalu share ini saya tutup dengan perenungan bersama istri, "Kita ini jarang mengucap syukur kalau kita bisa bernapas dengan lega, dengan menggunakan hidung." Sekarang, teman-teman, yuk kita syukuri lagi atas hidung yang membuat kita bisa bernapas dengan lega. Anda sendiri pasti pernah merasakan tidak enaknya bernapas dengan mulut karena hidung yang buntu/tersumbat. Sebab itu, bila sekarang kita bisa bernapas dengan hidung, yuk kita mensyukurinya. Tarik napas Anda dalam-dalam, rasakan kelegaannya, lalu buanglah napas itu perlahan-lahan sambil mengatakan, "Thanks God."
No comments:
Post a Comment