Daniel 3
“Tetapi seandainya tidak . . . kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (Dan. 3:18)
Apa yang menjadi keinginan terbesar dalam hidup kita saat ini? Ambil waktu sejenak, tutup mata, jangan meneruskan bacaan ini bila kita belum dapat menyebutkan satu keinginan terbesar dalam hidup kita. . . . . Bila kita telah menemukan satu keinginan terbesar itu, maka renungkan kembali, apa yang membuat kita menginginkan hal itu? Sekali lagi, ambil waktu sejenak untuk memikirkan hal ini. . . . . Terakhir, bagaimana bila ternyata keinginan terbesar kita tidak dapat tercapai? Apa yang akan kita lakukan? Pikirkanlah hal itu.
“Tetapi seandainya tidak . . . kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (Dan. 3:18)
Apa yang menjadi keinginan terbesar dalam hidup kita saat ini? Ambil waktu sejenak, tutup mata, jangan meneruskan bacaan ini bila kita belum dapat menyebutkan satu keinginan terbesar dalam hidup kita. . . . . Bila kita telah menemukan satu keinginan terbesar itu, maka renungkan kembali, apa yang membuat kita menginginkan hal itu? Sekali lagi, ambil waktu sejenak untuk memikirkan hal ini. . . . . Terakhir, bagaimana bila ternyata keinginan terbesar kita tidak dapat tercapai? Apa yang akan kita lakukan? Pikirkanlah hal itu.
Sekarang bacalah kembali ayat 17 dan 18. Perhatikan kata sambung pada ayat 18, “Tetapi seandainya tidak.” Apa yang Anda tangkap dari kata-kata itu? Pertama, apakah mereka beriman kepada Tuhan? Saya kira tanpa ragu kita menjawab bahwa mereka adalah orang yang beriman. Buktinya, mereka memilih untuk setia pada Tuhannya. Kedua, apakah mereka masih memiliki keinginan agar Tuhan melepaskan atau menyelamatkan mereka dari perapian? Saya kira mereka tetap memiliki keinginan tersebut. Lagipula, bukankah keinginan seperti demikian sangat manusiawi?
Tapi pertanyaan ketiga jauh lebih penting, yakni: Bagaimana bila ternyata keinginan agar diselamatkan dari perapian tersebut tidak mereka dapatkan? Nah hal inilah yang sudah diantisipasi oleh mereka bertiga. Mereka sadar bahwa imannya kepada Tuhan tidak harus dan tidak selalu disertai dengan pameran kuasa-Nya, apalagi untuk memenuhi keinginan manusiawinya. Sederhananya, mereka tetap akan beriman kepada Allah meski seandainya keinginannya tidak terpenuhi. Mereka paham bahwa iman kepada Tuhan tidak senantiasa berjalan bersama dengan kuasa Tuhan untuk memenuhi keinginan manusia.
Pelajaran ini memang tidak mudah untuk dilakukan oleh kita. Apa sebabnya? Mungkin salah satunya karena kita, entah sadar atau tidak, sering menyatukan iman kepada Tuhan dengan pengabulan permohonan/keinginan kita. Kalau saya beriman kepada Tuhan, masakan Tuhan memberikan hal-hal yang saya inginkan selama ini? Ini masalahnya! Kita harus ingat bahwa iman kepada Tuhan adalah hal lain dan pengabulan keinginan adalah hal yang lain lagi. Jadi, silakan punya keinginan, naikkan permohonan kita dalam doa, tetapi bagaimana bila seandainya tidak terpenuhi?
Kedewasaan iman terlihat dari kesetiaan pada Tuhan meski Ia menolak keinginannya
No comments:
Post a Comment