Saturday, February 24, 2007

PRASANGKA: PERCAYA ATAU TIDAK?

Daniel 4
“Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga . . .”
(Dan. 4:37)

Dalam satu wawancara, seorang penyanyi bernama Madonna ditanya, “Apa yang kamu lakukan bila kamu sedang tidak ada kesibukan?” Spontan saja Madonna berkata, “Aku membaca Alkitab.” Percayakah Anda akan perkataannya? Atau, bagaimana bila kita mendengar pengakuan Hitler bahwa dirinya sekarang adalah orang Kristen tulen? Percaya atau tidak? Kali ini kita akan merenungkan tentang prasangka. Apa sih prasangka itu? Menurut sebuah kamus bahasa Inggris, prasangka adalah perasaan tidak suka atau tidak percaya yang tidak masuk akal kepada seseorang yang berbeda dari kita, khususnya ras, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.

Apakah prasangka itu juga terjadi ketika kita membaca kisah Nebukadnezar dalam pasal 4? Mungkin kita sudah mulai merasa heran sekaligus tidak percaya ketika membaca perkataannya di ayat 1-3. Kok bisa Nebukadnezar berkata sedemikian salehnya? Sebenarnya, kita tidak akan terlalu merasa heran bila kita menelusuri jejak perbuatannya secara teliti. Dalam pasal 2, Nebukadnezar terkesan tidak toleran karena ia akan membunuh seluruh orang bijaksana di negerinya tanpa alasan yang masuk akal. Tapi bukankah pasal ini diakhiri dengan pemujaan Nebukadnezar kepada Tuhannya Daniel? Sama halnya dengan pasal 3. Di sana ia kembali dikisahkan sebagai raja yang kejam karena usahanya untuk membunuh Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Tapi bukankah pasal ini juga diakhir dengan pujiannya kepada Tuhan yang benar? Lantas mengapa kita sulit untuk menerima pertobatan Nebukadnezar dalam pasal keempat?

Kasus Nebukadnezar hanyalah salah satu alat penanda apakah kita memiliki prasangka dan seberapa jauh kita dikuasai oleh prasangka. Coba pikirkan berapa banyak prasangka yang kita miliki terhadap seseorang? “Ya memang orang Jawa itu malas dan tidak bisa kerja,” mungkin inilah salah satu prasangka yang diucapkan oleh orang Tionghoa tentang orang pribumi. Sebaliknya, orang pribumi pun mungkin berprasangka, “Ya memang orang Tionghoa itu sombong dan pelit.” Padahal, tidak semua orang Jawa dan orang Tionghoa memiliki sikap jelek seperti prasangka kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk melepaskan prasangka dalam pikiran kita satu demi satu.


Prasangka terhadap orang lain merupakan penindasan secara tersembunyi

No comments: