Wednesday, February 14, 2007

MENERIMA ORANG LAIN

Roma 14
“Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya”
(Rm. 14:1)

Menerima, merupakan sikap yang sangat diperlukan dalam sebuah komunitas. Pasalnya, setiap orang yang berada dalam sebuah komunitas pasti memiliki kepelbagaian pandangan mengenai sesuatu hal. Lihat saja di gereja kita. Antara jemaat yang satu dengan jemaat yang lain bisa memiliki penilaian yang berbeda mengenai khotbah seseorang. Nah bayangkan saja kalau setiap jemaat yang memiliki keunikan penilaiannya dipertemukan sambil diiringi dengan budaya ngotot; apa jadinya gereja kita? Di sinilah butuh yang namanya menerima satu dengan yang lainnya.

Sikap menerima ini pulalah yang menjadi perhatian Paulus dalam Roma 14. Inti dari pasal 14 adalah pada ayat 1, yang berbunyi: “Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya.” Siapakah orang yang “lemah” itu? Yaitu, orang-orang percaya yang masih menaati kewajiban-kewajiban hukum makanan dan ibadah. Sebaliknya, orang yang “kuat” adalah orang yang tidak diperbudak oleh pantangan-pantangan makanan dan hari-hari suci. Orang yang demikian adalah orang yang menghayati arti kemerdekaan di dalam Kristus.

Melalui ayat 1 tersebut, Paulus mengimbau agar orang yang “kuat” tidak boleh merendahkan orang-orang yang sedang “lemah”. Sebaliknya, orang yang kuat imannya wajib menerima orang-orang yang masih lemah imannya. Alasannya, karena soal kerajaan Allah tidak ada kaitannya dengan makanan dan minuman; kerajaan Allah adalah persoalan kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (ay. 17). Sebab itu, Paulus mendorong agar mereka mengejar hal-hal yang membangun dan mendatangkan damai sejahtera melalui sikap menerima.

Layaknya kondisi jemaat Roma, kondisi jemaat Kalam Kudus pun dapat mengalami hal yang sama. Adakalanya kita mempermasalahkan dan meributkan persoalan-persoalan sederhana sehingga kedamaian antar sesama jemaat terkoyak. Apa yang menyebabkan hal ini? Bisa jadi kita sudah terlebih dahulu menaruh ketidaksenangan terhadap orang yang kita persoalkan, bisa jadi kita sedang memiliki mood yang buruk, atau yang lebih parah lagi, kita sedang memiliki masalah kepribadian. Marilah kita belajar menerima sesama rekan dalam gereja tanpa harus meributkan persoalan-persoalan kecil.

Bila kita sulit menerima orang lain, ingatlah sudah berapa kali Allah menerima kita apa adanya

No comments: