Yohanes 9
“Jawab Yesus: ‘Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia’” (Yoh. 9:3)
Masing-masing orang memiliki sikap yang berbeda-beda ketika mengalami penderitaan. Ada yang langsung menyerah dengan penderitaan dan berkata, “Ya, memang sudah nasibku.” Ada juga yang malah berbalik menyerang Allah dengan mengatakan, “Di manakah Allah saat aku menderita?” Lalu bagaimana orang Kristen harus bersikap dalam menghadapi penderitaan? Apakah ia harus menyerah atau malah menyerang Allah?
Yohanes 9 menjawab pertanyaan di atas. Dalam pasal tersebut, Yesus terlihat mengajarkan kepada para murid-Nya bahwa penderitaan dapat membuat kerohanian bertumbuh. Pasalnya, Tuhan memakai penderitaan tersebut sebagai soal ujian agar si penderita bisa dinyatakan “naik kelas”. Namun perlu diingat bahwa penderitaan dalam kasus ini (Yoh. 9) bukanlah hasil kesalahan si penderita, sebaliknya penderitaan yang dimaksud di sini merupakan satu hal yang diijinkan Tuhan untuk terjadi demi kemuliaan Allah.
Dengan kajian yang lebih cermat, maka kita akan menemukan bahwa akibat kebutaannya, orang tersebut justru mengalami pertumbuhan kerohanian yang pesat. Memang benar bahwa ia sudah disembuhkan Tuhan, tetapi pengalaman kebutaannya turut membuat pengaruh dalam pertumbuhan kerohaniannya. Dengan pengalaman kebutaannya, ia makin dapat mengenal dan mengalami Tuhan. Jadi, penderitaan yang pernah dia alami sebenarnya merupakan soal ujian untuk membuat dirinya “naik kelas” satu tingkat lagi.
Konsep yang melihat penderitaan sebagai soal ujian mungkin dapat membantu kita untuk menghadapi penderitaan kekinian. Bagaimana tingkat pertumbuhan kerohanian dinyatakan berhasil apabila kita tidak melewati soal ujian terlebih dahulu? Bisa jadi soal ujian itu berupa penyakit-penyakit kita, pengkhianatan pasangan yang selama ini terjadi kepada kita, masalah keuangan yang mencekik, dan masalah-masalah lain yang terjadi bukan karena kesalahan kita. Bila kita melihat penderitaan sebagai soal ujian dari Tuhan, maka kita akan makin tabah dan siap untuk mengatasinya. Akhirnya, semoga kita dinyatakan “naik kelas” oleh Tuhan.
Orang Kristen bagaikan seorang siswa yang sedang belajar di sekolahnya Tuhan.
Ia harus mengerjakan soal-soal ujiannya dengan baik agar naik kelas
Monday, November 06, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment