Yohanes 8
“Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi . . .”
(Yoh. 8:11b)
Saya senang dengan motto Sekolah Kristen Kalam Kudus yang berbunyi, “Dengan kasih dan disiplin meningkatkan prestasi”. Saya senang karena dalam motto tersebut ada perkawinan kedua sifat yang penting, yaitu kasih dan disiplin. Jika hanya sifat kasih saja yang digunakan, maka sekolah akan mencetak siswa yang liar. Dan jika hanya sifat disiplin saja yang digunakan, maka sekolah akan mencetak siswa yang tertekan. Jadi, memang sepantasnyalah antara kasih dan disiplin harus dikawinkan.
Perkawinan kedua sifat ini juga dimiliki oleh Tuhan Yesus. Tidak selamanya Ia menitik-beratkan pada kasih; buktinya, Ia berulangkali memarahi orang-orang Farisi dan pernah memporak-porandakan meja-meja untuk transaksi para pedagang yang ada di Bait Suci. Dan, tidak selamanya Ia menitik-beratkan pada kedisiplinan; buktinya, Ia tidak “dingin” terhadap orang-orang yang terkena penyakit. Atas dorongan welas asih, Yesus mau menyembuhkan mereka. Bagi-Nya, kasih dan disiplin harus dikawinkan.
Simaklah perkawinan kedua sifat itu di dalam Yohanes 8: 1-11. Dikisahkan di sana ada seorang perempuan yang tertangkap basah ketika ia sedang berzinah. Sebenarnya, perempuan berzinah yang disodorkan hanyalah dipakai sebagai kasus ujian untuk Yesus. Bila Yesus menggunakan sisi kasih saja, maka Yesus pasti akan melepaskan perempuan tersebut tanpa peringatan apapun. Sebaliknya, bila Yesus menggunakan sisi disiplin saja, maka Yesus pasti akan melempari perempuan tersebut dengan batu; dan artinya, perempuan itu akan kehilangan kesempatan untuk bertobat. Lalu apa yang dilakukan Yesus dalam menghadapi kasus buah simalakama ini?
Kasus ini diselesaikan oleh Yesus dengan mengawinkan kasih dan disiplin. Perhatikan perkataan Yesus di ayat 11b, “Aku pun tidak menghukum engkau . . .” Sampai di situ sajakah? Apakah kasih yang begitu besar membuat Yesus melepaskan dia begitu saja? Tidak! Masih ada selanjutnya, yaitu: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Inilah kata-kata disiplin dari Yesus. Akhirnya, Yesus berhasil mengawinkan kedua sifat tersebut dalam kasus ini.
Mari kita meneladani jejak Yesus yang satu ini. Dengan kasih dan disiplin, kita menegur orang yang berbuat dosa. Dengan kasih dan disiplin, kita menyelesaikan permasalahan di kantor. Dengan kasih dan disiplin, kita membina biduk rumah tangga. Dengan kasih dan disiplin, kita mengarahkan anak-anak. Jangan kita ceraikan keduanya ini. Apapun yang kita lakukan, lakukanlah dengan kasih dan disiplin seperti yang diperbuat oleh Tuhan Yesus.
Dengan kasih dan disiplin meningkatkan kedewasaan rohani
Sunday, November 05, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment