Yohanes 12
“Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga” (Yoh. 12:10)
Dalam kehidupan ini agaknya diperlukan yang namanya jiwa yang merdeka. Karena, dalam dunia ini kita tidak mungkin “menutup mata” terhadap keberhasilan orang-orang di sekeliling kita. Sehingga bila kita tidak memiliki jiwa yang merdeka, maka kita akan menjadi manusia yang selalu diselimuti oleh kedengkian. Jiwa yang merdeka dapat membuat kita legawa dengan kesuksesan orang lain atau lebih jauh, kita dapat ikut bersukacita dengan orang lain yang bersukacita. Demikianlah pentingnya jiwa yang merdeka bagi kehidupan kita.
Sayangnya, prinsip yang demikian belum dapat diterapkan oleh sejumlah besar para imam Yahudi pada zaman Yesus (ay. 10). Kitab Yohanes mencatat bahwa para imam kepala berniat untuk membunuh Lazarus, seorang yang baru saja dibangkitkan oleh Yesus dari kematian (bdk. Yoh. 11:43-44). Apa sebabnya? Karena para imam tidak suka dengan dampak dari kebangkitan Lazarus. Dampak yang mengkhawatirkan bagi mereka adalah banyak orang Yahudi menjadi percaya kepada Yesus (ay. 11). Mereka khawatir bila para pengikut setianya beralih kepada Tuhan Yesus. Maka timbullah kedengkian dalam hati mereka. Dan pada akhirnya, muncullah yang dinamakan dengan jiwa yang tidak merdeka yang bermuara pada rencana pembunuhan Lazarus. Sadis, bukan?
Perlu diketahui bahwa penulis kitab ini sengaja menyelipkan berita tentang rencana pembunuhan Lazarus di antara cerita tentang pengurapan Yesus di Betania (ay. 1-8) dan Yesus dielu-elukan di Yerusalem (ay. 12-19). Sehingga, berita selipan ini menghentikan secara sementara (mem-pause) alur cerita sebelumnya. Pertanyaanya, kenapa tiba-tiba muncul berita yang diselipkan itu? Menurut hemat saya, penulis ingin menyedot perhatian pembacanya. Ia ingin agar pembaca mengenali watak para imam kepala yang sangat bejat itu. Dalam bahasa saya, penulis kitab ingin agar pembaca dapat mengenali watak manusia yang tidak memiliki jiwa yang merdeka beserta akibatnya.
Bagaimana dengan keadaan jiwa kita? Bila jiwa kita merdeka, maka kita akan ikut terharu dan senang dengan kesuksesan rekan bisnis. Bila jiwa kita merdeka, maka kita akan turut memuji keberhasilan rekan sepelayanan. Bila jiwa kita merdeka, maka kita akan bangga sewaktu melihat orang yang kita kenal mendapatkan pujian. Jiwa yang merdeka tidak mengenal yang namanya iri hati. Ia juga tidak mengenal yang namanya persaingan yang menjatuhkan. Yang ia kenal adalah perasaan sukacita dengan orang yang bersukacita. Akhirnya, sekali lagi, bagaimana dengan keadaan jiwa kita?
Jiwa yang merdeka akan memerdekakan jiwa kita pula
Thursday, November 09, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
Hai, Prof., as I learn, Stephen Seamands is Arminian in theology. The typical of his Arminianisme is emotional healings. So, what's difference with Clark Pinnock in theology? Yes, I haven't read it, but I think he's in much approval with Pinnock. Best wishes!
Actually I just learnt Stephen Seamands from his Ministry in the Image of God. I'm not sure whether he is arminian. But probably you are right when you say that his thought is familiar with emotional healings since his father, David Seamands, is working in that area. Perhaps Stephen Seamands is influenced by his father.
If you are interested to learn his book, please refer to my review at: http://www.christianbook.com/Christian/Books/product?item_no=833382&p=1006327
Yes I'm quite sure since he was graduated from Drew University, which is a Methodist institution, and now teaching at Asbury Theological Seminary, a Wesleyan seminary. Oh, he's David Seamands' son? Well, I learned that David's quite dangerous in his doctrine of prayer, since he taught God's lure in answering prayer. God can make almost anything, but God never move the will of man. It's all up to him. Now his son must apply the same principle on trinity. Do yo agree with them then?
If that so, I don't agree in David Seamands' view on God due to prayer. How do you get the information? But I don't think that such view is expressed in Stephen Seamands' Trinitarian, spesifically in Ministry in the Image of God.
From David's volume series of HEALING. About Stephen's, just try to compare with Pinnock's systematic account in THE WIDENESS OF GOD'S MERCY which is truly trinitarian and Arminian-open theistic. And try to keep eyes there. Many, many parallels in thoughts. I know Stephen's just a little from his articles I got. Best wishes!
Post a Comment