Yohanes 7
“Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” (Yoh. 7:37)
Hampir setiap bangun pagi saya selalu minum air dalam jumlah yang cukup banyak demi kesehatan. Air menjadi kebutuhan saya setiap bangun pagi. Tetapi percayalah, saya jauh lebih memahami kebutuhan akan air ketika saya kehausan sehabis bermain bulutangkis. Rasanya, tidak perlu diberikan air yang banyak, karena segelas air saja sudah membuat saya benar-benar lega. Intinya, ketika saya dalam kondisi kehausan maka saya jauh lebih mengerti kebutuhan akan air dalam kehidupan ini.
Sama halnya dengan kerohanian seseorang. Ia belum dapat merasakan kebutuhan akan Tuhan bila ia sendiri tidak merasa “haus”. Perhatikanlah dengan kehidupan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus. Pada waktu itu (ps. 7:37-44), orang-orang Yahudi sedang mengikuti perayaan Pondok Daun. Sebagai informasi, hari raya Pondok Daun ini diadakan dengan salah satu maksud untuk mengenang mukjizat keluarnya air dari gunung batu di padang gurun (Kel. 17:6). Jadi, ketika orang-orang Yahudi merayakannya, mereka pasti teringat akan pertolongan Tuhan atas bangsanya yang sedang kehausan di padang gurun.
Di dalam suasana peringatan inilah, Yesus berdiri dan berseru kepada mereka, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Kata “haus” yang dimaksud oleh Yesus adalah haus secara rohani. Yesus tahu bahwa mereka sebenarnya haus rohani dan membutuhkan siraman air rohani pula. Sebab itu, Ia menawarkan diri-Nya untuk menjadi pemuas kehausan rohani mereka. Yesus mau menjadi Air Hidup bagi mereka. Tetapi sayang seribu kali sayang, ada sebagian mereka yang tidak merasa membutuhkan Air Hidup itu. Apa sebabnya? Sebabnya karena mereka tidak pernah merasa haus rohani. Mereka selalu merasa puas, meski sebenarnya rohani mereka kehausan.
Janganlah kita seperti mereka. Memang benar kita sudah menerima Yesus dalam hati, tetapi kita tetap memerlukan dan harus melestarikan rasa haus rohani. Jangan pernah merasa cukup dan puas dengan tingkat kerohanian kita saat ini. Rasa haus akan rohani harus berlangsung seumur hidup kita. Sebab itu, jangan biarkan kita datang beribadah tanpa dibarengi dengan perasaan yang satu ini. Jangan biarkan kita melakukan saat teduh tanpa dibayangi dengan perasaan yang satu ini. Dan akhirnya, jangan biarkan kita mengiring Yesus tanpa dipenuhi dengan perasaan haus rohani!
Peningkatan kerohanian pasti dimulai dari perasaan haus rohani
Saturday, November 04, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment