Friday, April 13, 2007

DI BAWAH BAYANG-BAYANG TRAUMA (16)

4. Ia memiliki keyakinan yang benar tentang pribadi
Apa maksudnya butir ini? Maksudnya adalah kita, sebagai seorang penolong, harus memiliki pandangan bahwa semua orang adalah pribadi yang berharga. Hal ini berarti bahwa kita mampu meyakini bahwa seorang yang cacat mental, seorang yang cacat jasmani, seorang yang melakukan kriminalitas, seorang yang dianggap gila oleh masyarakat, seorang yang papah, dan termasuk seorang yang mengalami trauma memiliki kepribadian yang berharga. Bila demikian, maka kita harus menghormati dan menghargai mereka apa adanya.

Sayangnya, kita hidup dalam di tengah-tengah masyarakat yang menilai keberhargaan pribadi seseorang berdasarkan keahliannya, kekayaannya, kecakapannya, dan sebagainya. Manusia seringkali dihargai berdasarkan kegunaannya. Bila ia sudah tidak dapat digunakan lagi, maka ia tidak berharga di mata masyarakat. Bila ia sudah tidak dapat lagi berpikir dengan baik, maka ia mudah diremehkan oleh orang lain. Bila ia tidak mampu mengerjakan sesuatu karena kecacatan tubuhnya, maka ia dianggap kurang berharga. Seorang teman yang melayani di tengah-tengah orang cacat mental pernah bercerita kepada saya. Satu ketika ia melayani seorang cacat mental yang sulit sekali bicara. Orang cacat mental ini harus berjuang sekeras mungkin untuk mengucapkan satu suku kata. Dan biasanya, ia baru berhasil mengucapkan satu suku kata dalam waktu sekitar 20 detik. Teman saya bercerita bahwa banyak orang sudah tidak menganggap dia lagi. Seakan-akan dia tidak pernah lahir di dunia ini. Dia dikucilkan. Setiap kali orang cacat mental itu mau mengajak bicara dengan seseorang, orang itu akan berusaha untuk menghindarinya. Orang-orang sulit melihat bahwa orang yang cacat mental juga memiliki kepribadian yang berharga.

Sebagai orang Kristen, kita mengerti bahwa semua orang diciptakan seturut dengan gambar dan rupa Allah. Apa artinya? Memang banyak perdebatan untuk memahami hal ini. Namun arti sederhananya adalah manusia diciptakan dengan kepribadian yang berharga karena ia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan seturut dengan gambar dan rupa-Nya; hewan dan tumbuhan tidak diciptakan seperti manusia. Di sinilah letak keunikan manusia di antara ciptaan lainnya. Sebab itu, siapapun dia, selama dia adalah seorang manusia, maka kita harus melihatnya sebagai pribadi yang berharga. Bila Allah saja menghargai manusia, maka mengapa kita tidak menghargai manusia yang dihargai Allah itu?

Keyakinan seperti ini patut dimiliki oleh kita yang memiliki keinginan untuk menolong orang traumatis. Apa bahayanya bila kita tidak memiliki keyakinan bahwa ia adalah pribadi yang berharga? Salah satu bahaya vitalnya adalah kita cenderung memperlakukan dia secara mekanik atau seperti mesin. Meski kita memberikan pertolongan, namun kita akan berperilaku seperti seorang teknisi yang membetulkan kerusakan mobil. Contohnya, kita akan menolong dengan tanpa perasaan atau tanpa memahami dunianya, atau kita mungkin akan menolong dengan tanpa kemauan untuk menjaga hal-hal yang konfidensial darinya, atau mungkin lebih buruknya, kita akan memperlakukan dia sebagai kelinci percobaan. Bukankah perbuatan yang muncul dari keyakinan yang salah tentang pribadi justru hanya akan menambah pengalaman trauma bagi orang traumatis?

No comments: