Kehilangan Orang
Kehilangan inilah yang seringkali dianggap sebagai kehilangan yang paling menyakitkan. Tentu kehilangan orang yang dimaksud di sini adalah kehilangan orang yang memiliki kedekatan dengan kita, seperti orang tua, saudara, sahabat, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, kehilangan properti dan kehilangan proyek adalah dua hal yang masih dapat dipulihkan, meski keduanya telah menimbulkan luka batin yang dalam. Namun berbeda halnya dengan kehilangan orang yang dekat dengan kita. Kehilangan jenis ini tidak dapat dipulihkan kembali dengan upaya apapun. Bila orang yang dekat dengan kita meninggal dunia, maka kita tidak dapat mengupayakan agar dia hidup di dunia ini kembali. Itulah sebabnya banyak orang menganggap bahwa kehilangan jenis ini adalah kehilangan yang paling menakutkan. Semakin dekat relasi antara kita dan orang tersebut, maka kita akan semakin dalam pengalaman traumatis yang dirasakan nantinya.
Pengalaman ini pernah dialami oleh seorang istri berinisial S. Ia sangat terpukul dengan kematian suaminya yang sangat mendadak dan mengerikan. Siapa yang menduga bila suaminya akan meninggal akibat ditabrak sepeda motor dari belakang oleh seorang pemuda. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah: tinggal beberapa hari lagi mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-50. Mereka sudah mengundang seorang romo untuk memberkati acara tersebut dan mereka juga sudah mempersiapkan acara serta tempat pestanya. Semua sudah siap. Namun acara yang dinanti-nanti oleh mereka ternyata harus bubar karena sang suami meninggal enam jam setelah kejadian tragis itu.
Setelah dinyatakan meninggal oleh dokter, sang istri pun menjerit dengan sangat histeris. Berulang-ulang istri itu memeluk suaminya dan selalu menjerit, “Aku ikut, aku ikut, aku ikut.” Yang ada dalam benak istri itu hanya satu: Aku juga ingin mati agar aku bisa mengikuti kepergian suamiku. Seluruh anggota keluarga yang berada dalam ruangan itu pun ikut merasakan kepedihan sang istri. Hari itu dan untuk selama-lamanya, sang istri kehilangan suami untuk selama-lamanya. Kehilangan ini benar-benar sangat, dan paling, traumatis dalam hidupnya.
Kehilangan inilah yang seringkali dianggap sebagai kehilangan yang paling menyakitkan. Tentu kehilangan orang yang dimaksud di sini adalah kehilangan orang yang memiliki kedekatan dengan kita, seperti orang tua, saudara, sahabat, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, kehilangan properti dan kehilangan proyek adalah dua hal yang masih dapat dipulihkan, meski keduanya telah menimbulkan luka batin yang dalam. Namun berbeda halnya dengan kehilangan orang yang dekat dengan kita. Kehilangan jenis ini tidak dapat dipulihkan kembali dengan upaya apapun. Bila orang yang dekat dengan kita meninggal dunia, maka kita tidak dapat mengupayakan agar dia hidup di dunia ini kembali. Itulah sebabnya banyak orang menganggap bahwa kehilangan jenis ini adalah kehilangan yang paling menakutkan. Semakin dekat relasi antara kita dan orang tersebut, maka kita akan semakin dalam pengalaman traumatis yang dirasakan nantinya.
Pengalaman ini pernah dialami oleh seorang istri berinisial S. Ia sangat terpukul dengan kematian suaminya yang sangat mendadak dan mengerikan. Siapa yang menduga bila suaminya akan meninggal akibat ditabrak sepeda motor dari belakang oleh seorang pemuda. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah: tinggal beberapa hari lagi mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-50. Mereka sudah mengundang seorang romo untuk memberkati acara tersebut dan mereka juga sudah mempersiapkan acara serta tempat pestanya. Semua sudah siap. Namun acara yang dinanti-nanti oleh mereka ternyata harus bubar karena sang suami meninggal enam jam setelah kejadian tragis itu.
Setelah dinyatakan meninggal oleh dokter, sang istri pun menjerit dengan sangat histeris. Berulang-ulang istri itu memeluk suaminya dan selalu menjerit, “Aku ikut, aku ikut, aku ikut.” Yang ada dalam benak istri itu hanya satu: Aku juga ingin mati agar aku bisa mengikuti kepergian suamiku. Seluruh anggota keluarga yang berada dalam ruangan itu pun ikut merasakan kepedihan sang istri. Hari itu dan untuk selama-lamanya, sang istri kehilangan suami untuk selama-lamanya. Kehilangan ini benar-benar sangat, dan paling, traumatis dalam hidupnya.
No comments:
Post a Comment