Peringkat ketiga, kita mengasihi Allah demi Allah sendiri (Love of God for God’s sake). Pada peringkat kasih yang kedua, kita mengasihi Allah demi diri kita sendiri karena Ia telah memberkati kita dan untuk kesekian kalinya Ia telah menolong kita. Namun, bila ternyata kesusahan terus-menerus menghampiri kita dan Allah terus-menerus menolong kita, maka kita mulai belajar mengasihi Allah demi Allah sendiri. Kita mulai dapat melihat bahwa Allah itu memang Allah yang baik. Kita mulai dapat mengasihi perintah-perintah-Nya dan melakukannya dengan sepenuh hati. “Aku memuji Allah karena Ia baik, bukan baik untukku, tapi karena Ia memang baik,” itulah perkataan kita.
Peringkat keempat, kita mengasihi diri sendiri demi Allah (Love of self for God’s sake). “Berbahagialah orang yang mengalami kasih dalam peringkat ini di mana kita mengasihi diri kita demi Allah,” demikianlah perkataan Bernard. Tapi apa maksudnya? Apakah Bernard mengajarkan tentang keegoisan? Tidak! Justru sebaliknya, kasih dalam peringkat ini adalah kasih dalam bentuk pengosongan diri kita dan membiarkan diri kita terhisap dalam kehidupan Allah. Dengan kata lain, kita menjadi “satu” dengan Allah. Kita berpikir sama seperti yang dipikirkan Allah dan kita merasa sama seperti yang dirasakan Allah. Kita menyukai apa yang disukai Allah dan kita membenci apa yang dibenci Allah. Doa “jadilah kehendak-Mu” merupakan kesenangan kita. Seperti halnya setitik air yang jatuh dalam air anggur yang sangat banyak sehingga air tersebut kehilangan identitasnya, maka kita pun “kehilangan” diri kita dan terhisap dalam kehidupan Allah.Itulah semua peringkat kasih menurut Bernard. Saat ini, ketika kita mengatakan, “Aku mengasihi-Mu, ya Allah,” maka kita mulai merenungkan bahwa sebenarnya kasih kita itu mencerminkan peringkat yang mana. Berdoalah agar Allah dapat menganugerahkan kekuatan agar kita dapat “naik kelas” hingga mencapai peringkat kasih yang keempat. Peringkat di mana kita berani berkata: Aku dan Allah adalah “satu”.
No comments:
Post a Comment