Yohanes 4
“Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan (Samaria)” (Yoh. 4:27)
Secara hukum, rakyat Amerika sudah menyepakati mengenai peniadaan diskriminasi rasial (pembedaan perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan warna kulit). Hal ini berarti orang yang berkulit hitam yang berada di Amerika pun sebenarnya dapat menikmati hak dan kewajiban yang sama dengan orang yang berkulit putih di sana. Namun dalam praktiknya, kadangkala orang yang berkulit putih masih melakukan diskriminasi rasial. Salah satu buktinya dapat dilihat di swalayan-swalayan. Ketika orang berkulit hitam berbelanja, maka petugas kasir akan meminta KTP atau kartu identitas lainnya; bila orang kulit putih yang berbelanja, maka petugas kasir tidak meminta KTP. Inilah yang dinamakan dengan diskriminasi rasial.
Diskriminasi rasial juga terjadi di zaman Yesus. Bahkan bukan hanya diskriminasi rasial, diskriminasi sosial dan agama pun juga terjadi di zaman itu. Kita sudah dapat merasakan adanya bentuk-bentuk diskriminasi apabila kita membaca di ayat 9. Dan memang benar, bahwa pada waktu itu orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Orang Yahudi memandang rendah orang Samaria. Oleh sebab itu, orang Yahudi tidak sudi mampir ke daerah Samaria. Bahkan lebih jauh lagi, seorang penafsir menjelaskan bahwa orang Yahudi membenci orang Samaria lebih dari membenci orang kafir lainnya.
Bila kita membandingkan dengan pribadi Yesus, maka diskriminasi menjadi suatu hal yang bertolak-belakang dengan diri-Nya. Memang orang Yahudi yang satu ini sangat berbeda dengan orang Yahudi pada zaman itu. Kita melihat bahwa Yesus justru berbincang-bincang cukup akrab dengan perempuan Samaria. Malahan, Yesus memberitakan Injil keselamatan kekal kepada perempuan Samaria tersebut. Hebat, ‘kan? Jadi, Yesus telah menembus dan meruntuhkan “tembok” diskriminasi yang selama ini telah dibangun oleh orang-orang Yahudi. Yesus menolak diskriminasi, apapun bentuknya.
Sayangya, gerakan anti diskriminasi yang pernah diprakarsai oleh Yesus tidak diteruskan oleh semua orang Kristen. Masih saja ada pembedaan perilaku di dalam gereja. Ah tapi sebelum kita menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari “kambing hitamnya”, kita harus berbenah diri terlebih dahulu. Kita harus mengevaluasi apakah kita masih menyimpan anggapan bahwa keturunan si anu lebih jelek ketimbang keturunan kita. Atau kita masih memiliki prasangka buruk dan “menjaga jarak” bila bergaul dengan suku yang berbeda. Jujurlah terhadap diri sendiri; apakah kita adalah seorang anti diskriminasi atau seorang yang melakukan diskriminasi, meski secara diam-diam?
Beranilah berkata “TIDAK!” pada semua bentuk diskriminasi
Tuesday, October 31, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment