Cinta
Suatu hari Bram berkenalan dengan Rien. Pada detik itu juga, Bram langsung merasa cocok. “Semua yang ada padanya klop denganku. Sebentar saja tak bertemu, rasanya ada sesuatu yang hilang.” Kata Bram. Selanjutnya Bram dan Rien semakin akrab, bahkan mereka dengan cepat mengetahui isi hati dan kepala masing-masing.”Jadi, apalagi yang kami tunggu?”
Menikah karena alasan cinta memang hal yang paling sering terjadi. Dan untuk yang satu ini sulit dicari penjelasannya.. Mungkin lebih tepat disebut misteri. Cinta memang bisa terbit pada pandangan pertama, namun juga bisa muncul perlahan-lahan tanpa disadari. Pria yang menikah karena cinta, umumnya tak bisa menjelaskan, kenapa mereka memutuskan untuk menikah. “Terjadi begitu saja”, kata mereka. Bagi mereka, pernikahan bukanlah suatu akhir dari sebuah proses, tapi awal sebuah perjalanan baru.
Ingin Memiliki Keluarga
Umur Edo sudah 41 tahun, namun ia belum juga beristri. Hingga suatu hari, dia berkesempatan ngobrol dengan seorang rekannya yang lebih muda. Sang teman bercerita dengan penuh kebahagiaan dan kebanggan tentang anak-anaknya. “Disitulah aku mulai panic. Apakah aku nanti harus menggendong bayi saat punggungku sudah bungkuk?” tututr Edo yang kemudian memutuskan harus segera “bertindak”.
Bagi kebanyakan pria, memiliki keluarga yang harmonis dan anak-anak yang lucu adalah cita-cita yang indah. Bagi mereka, memiliki keluarga juga menjadi sumber ketenangan, dukungan, kehangatan, dan pengalaman hidup yang benar-benar baru.
Kebersamaan
Pada mulanya , Angga tak pernah berpikir menyunting Seli, mitranya di sebuah studio pahat. Hubungan mereka awalnya murni teman kerja. Bahkan Seli sempat punya pacar yang ganteng. Toh pada akhirnya Angga memberanikan diri meningkatkan hubungan dengan Seli ke jenjang yang lebih lanjut. Dan akhirnya , Angga melamar Seli. “Kami banyak melewatkan pengalaman bersama, baik dalam senang dan susah. Seli banyak membantu saya di masa-masa sulit, “ kisah Angga.
Tipe pria seperti Angga menganggap perkawinan adalah semacam kerjasama dua orang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi mereka bersama, Mereka berharap, perkawinan akan membantu mereka lebih saling mendukung dan memperhatikan selama masa-masa sulit dan masa-masa menyenangkan. Karena itu, mereka mencari pasangan hitup yang sudah teruji kualifikasinya untuk persyaratan tersebut.
Komitmen
Pria memang terkadang tampak kurang suka terlibat dalam komitmen. Tapi sesungguhnya keinginan komitmen mereka lebih dari yang diduga. Percaya atau tidak, sebagian besar pria menginginkan menikmati hari tuanya bersama seorang istri. Dan itu menunjukkan mereka tetap ingin setia pada satu pasangan hidup.
Kepercayaan
Kepercayaan juga termasuk alasan pria untuk menikah. Entah itu berupa keinginan untuk memiliki seorang yang bisa mempercayai mereka, ataupun sebaliknya yang bisa mereka percayai. Kepada siapa lagi kita bisa mengungkapkan segala kekesalan, masalah, sakit hati, bahkan rahasia pribadi, jika bukan pada pasangan hidup kita? Kepada siapa mereka bisa hidup bersetia dan bersikap jujur. Pria seperti ini akan mengiba-iba memberikan hatinya kepada perempuan yang telah mencurahkan rahasia padanya, yang membuat lelucon tentang uang belanjanya.
Persamaan Pandangan Hidup
Wanita yang memiliki pandangan hidup sama dengan dirinya, itulah yang dicari Pram. Ia mengaku sudah sering ganti pacar, namun tak satupun yang memiliki kesepakatan soal nilai-nilai hidup. “Mereka selalu memandang segala sesuatu dari sudut yang berbeda dariku”, keluh Pram. Baru ketika bertemu Teti, ia langsung terpikat dan meminangnya. Pasalnya, cara pandang Teti terhadap berbagai hal ternyata tak jauh berbeda dari Pram.”Reaksi-reaksi kami terhadap masalah politik, suasana kerja, sampai keluarga, rasa2nya hampir sama” , kata Pram.
Kecocokan ini bisa juga dipengaruhi oleh latar belakang keluarga kedua pihak yang mirip. “Bila bersama keluarga mertua, aku merasa nyaman. Bahkan hampir tak perlu melakukan penyesuaian diri”, kata pria lain.
Dalam beberapa kasus, perbedaan pandangan ini memang menjadi sumber keretakan sebuah rumah tangga..
Persahabatan Sejati
Sulit dipahami, memang. Kalau ingin bersahabat, kenapa mesti menikah? Namun perkawinan sesungguhnya adalah upaya menemukan seorang sahabat yang terbaik. Rudy, seorang pegawai bank, mengisahkan pengalaman kakak perempuannya. Sang kakak menikah begitu lulus kuliah. “Ketika itu suaminya baru merintis bisnis kecil-kecilan. Jadi keuangan mereka pas-pasan, “ tutur Rudy. Kendati serba kepepet, sang kakak di nilai Rudy mampu mengatasi masalah bersama-sama suaminya. Cekcok bukan hal aneh. “Tapi mereka juga sering bercanda dan tertawa bersama.” Bagi Rudy, pasangan tersebut saling menyayangi dan mampu menjadi sahabat yang baik.
Penerimaan Masyarakat
Alasan yang ini terkesan agak dangkal ya? Tapi pada kenyataannya, kebanyakan orang memang merasa lebih aman dan nyaman jika bekerja sama dengan seseorang yang sudah berkeluarga. Sebaliknya, mereka merasa kurang safe jika bergaul dengan mereka yang masih melajang.
Di sisi lain, status sebagai suami juga dipandang lebih terhormat daripada pria lajang. Sikap seperti ini antara lain tercermin pada peraturan kerja di perusahaan. Seorang karyawan bank mengisahkan, ia tak boleh datang ke pesta kantor karena masih bujangan. “Hanya lajang yang sudah 10 tahun bekerja yang boleh datang. Tapi pegawai lain yang baru sehari, tapi sudah beristri, otomatis boleh datang.”
Kesepian
Sebuah survey menyimpulkan bahwa pria dua kali lebih banyak mengungkapkan alasan kesepian sebagai alasan untuk menikah dibanding wanita. Masuk akal juga. Seberapa banyak pilihan kegiatan seorang pria yang tak beristri ? Kongkow-kongkow dengan temannya? Jalan-jalan ke mal? Sewa video? Apapun, setelah beberapa saat mereka jadi bosan sendirian. Tak heran jika kesepian menjadi salah satu alasan pria untuk mencari istri.
Seorang pengusaha mengisahkan, betapa ia semula lebih suka hidup membujang. Mungkin seperti lirik lagu, “Kemana-mana asalkan suka, tiada orang yang melarang.” Namun pada akhirnya ia mulai bingung memikirkan apa yang akan dilakukan selama sisa hidupnya. “Aku mulai merasa sepi. Bahkan mulai ketakutan membayangkan kematian. Sungguh, aku tak ingin meninggal, dalam kesendirian,” papar sang pengusaha yang akhirnya memutuskan menikah. “Mungkin saja aku menikah dengan alasan yang salah, tapi kesepian toh alasan juga,” tambahnya.
http://www.priasejati.or.id/content/view/106/19/
No comments:
Post a Comment