Monday, January 19, 2009

Bulan ini Orang Jawa dan Tionghoa Sama-Sama Buang Sial

[ Senin, 19 Januari 2009 ]
SURABAYA - Bulan ini adalah bulan pas untuk buang sial atau berbagi kebahagiaan. Berdasar tradisi Tionghoa, ritual usir sial dan berbagi kegembiraan itu patut dilaksanakan menjelang Imlek. Bagi orang Jawa pun, masa setelah tahun baru Jawa tersebut menjadi momen pas untuk membuang sengkala (kesialan).

Karena itu, kemarin (18/1) Dewa Uang atau Jhai Sen Yek hadir di Sogo Department Store Tunjungan Plaza 4. Dia membagi-bagikan angpau kepada anak-anak kecil.

Diiringi sekitar 30 dewa-dewi, dewa berwajah kemerahan dan berjenggot panjang tersebut mengitari lantai satu hingga lantai tiga. Ada delapan dewi bunga yang mengiringi langkahnya. Antara lain, Dewi Bunga Teratai, Tulip, Mawar, Chrysant, Melati, Pink Barbie, sampai Matahari. Ada juga seorang wanita yang menjadi Dewi Segala Bunga.

Sepanjang jalan, dia membagikan angpau beramplop merah kepada anak-anak. Beragam ekspresi menyambutnya. Ada anak yang menangis, ada juga yang mengejar dewa itu untuk minta angpau.

Josephine Angeline Yudha Pranata menerima angpau dengan senang. "Terima kasih, Dewa," ujar bocah berusia 2,5 tahun tersebut dengan logat cadel.

Tak hanya itu, ada dua dewa yang merupakan titisan Dewa Sun Go Kong dan dua prajurit kahyangan yang turut mendampingi Dewa Uang. Setelah Dewa Uang berkeliling, barongsai dan liang-liong ditampilkan di atrium utama Tunjungan Plaza 1.

Terpisah, majalah Liberty (Jawa Pos Group) mengadakan ruwatan masal di Balai Pemuda. Upacara membuang sengkala bagi 200 sukerta (orang yang dipercaya akan mendapatkan kesialan dalam hidup) yang diadakan setiap bulan pertama tahun Jawa itu dipimpin dalang kawakan Ki Dharmasuwita Nayantaka.

Chairman Jawa Pos Dahlan Iskan hadir dalam ruwatan sukerta tersebut. Sebelum ritual dimulai, dia mengawali secara simbolis dengan menyerahkan wayang Batara Kala kepada dalang.

Ritual berjalan tanpa problem. Namun, di tengah-tengah acara, saat memercikkan air suci dari tujuh sumber dan bunga setaman, dalang itu pingsan.

Insiden tersebut cepat dirampungkan. Ki Dharmasuwita langsung digantikan oleh putranya yang juga seorang dalang, Ki Surono Gondo Taruna.

Menurut panitia, Riamah Hartono, insiden tersebut bisa dimaklumi. "Sebab, usia sang dalang memang sudah sepuh," ujarnya. Selain itu, malam sebelumnya, Ki Dharmasuwita menghadiri malam tirakatan yang berlangsung semalam suntuk. "Mungkin dia kelelahan," ucapnya.

Berebut Jadi Putra Putri Imlek 2009

Atrium Supermal Pakuwon Indah (SPI) kemarin siang (18/1) berubah jadi lautan merah. Mereka tidak sedang ikut kampanye partai politik tertentu, melainkan menjadi peserta lomba Putra Putri Imlek 2009 yang diselenggarakan SPI bekerja sama dengan Dins Modeling & Acting School.

Diiringi lagu-lagu khas Tiongkok, para peserta berlenggak-lenggok keluar masuk replika Temple of Heaven, tetenger Beijing. Sesekali, gaya mereka ditambahi aksi memainkan kipas atau gaya bermain pedang. Hampir semua peserta mengenakan cheongsam, baju tradisional Tiongkok yang berwarna merah menyala. Sebagai pemanis, mereka mengombinasikan dengan warna emas.

Tapi, tak semua memilih warna khas Imlek tersebut. Ada juga yang nekat menambahkan warna hijau dan kuning seperti yang dilakukan Marthania Yolanda. Tampilannya yang berwarna-warni itu malah membuat bocah 13 tahun tersebut terlihat berbeda. "Aku sih terinspirasi putri Tiongkok yang aku lihat di televisi," katanya sembari memainkan tusuk konde yang menghiasi kepalanya.(ken/any/dos)

http://jawapos.co.id/