Tuesday, November 06, 2007

SIAPA TAKUT?

Siapakah di antara manusia dalam dunia ini yang tidak pernah mengalami ketakutan? Seorang pahlawan yang ditakuti banyak orang pun juga bisa mengalami ketakutan. Troy adalah sebuah film yang mengisahkan seorang pendekar terhebat dalam bangsa Yunani pada zaman tertentu. Pendekar itu bernama Achilles. Para prajurit Yunani, sampai rajanya, sangat percaya pada kemampuan bertarungnya. Tapi apakah Achilles tidak memiliki rasa takut? Ternyata ada! Achilles takut bila saudara sepupunya meninggal. Karena ketakutannya itu, Achilles selalu berusaha melindungi saudaranya. Kita melihat bahwa seorang pendekar hebat pun memiliki ketakutan.

Lantas apakah seorang pendeta bisa mengalami ketakutan? Ternyata juga bisa. Ada seorang pendeta yang takut untuk naik kereta api. Rupanya, dia mengalami trauma karena kereta yang pernah ditumpanginya mengalami kecelakaan. Keretanya pernah terguling karena suatu hal. Sebab itu, hingga sekarang pendeta itu hampir selalu naik pesawat atau naik mobil. Ia tidak mau naik kereta lagi. Kita melihat bahwa seorang pendeta juga bisa takut.

Anda sendiri pernah mengalami ketakutan? Saya pernah mengalami ketakutan. Saya pernah takut tidak naik kelas, saya pernah takut bila pernikahan saya pada akhirnya gagal, saya takut bila anak saya mengalami penyakit yang tidak diketahui, saya takut bila saya lupa akan jadwal khotbah, dan seterusnya. Ternyata saya juga bisa takut. Coba pikirkan sesaat satu ketakutan yang Anda miliki saat ini. Hmmm . . . saya kira semua orang pasti memiliki ketakutan pada satu-dua hal. Bahkan, Yesus pun juga memiliki rasa takut ketika ia dihadapkan pada penyaliban-Nya. Dus, kalau ditanya "siapa takut?" maka kita semua pasti memiliki rasa takut. Bukankah itu sangat manusiawi?

Nah sekarang coba pikirkan, apa yang membuat kita merasa takut? Di antara sekian banyak alasan, saya kira setidaknya ada dua alasan yang membuat kita merasa takut: Pertama, karena apa yang kita takutkan adalah sesuatu hal yang uncontrollable (tak dapat terkuasai). Hal ini biasanya berkaitan dengan ketakutan di masa yang akan datang. Kita sudah membayangkan bagaimana jadinya kalau saya mengalami hal ini dan hal itu. Ketika anak saya sakit demam setahun yang lalu, saat itu saya merasa ketakutan. Yang terjadi waktu itu adalah kalau pagi sampai sore anak saya sehat dan suhu tubuhnya tidak panas. Tapi menjelang malam hingga tengah malam, suhu tubuhnya tiba-tiba panas secara cepat. Ini satu hal yang uncontrollable. Satu hal yang tidak bisa terbayang apa jadinya nanti, bagaimana mengatasinya, apa penyakit yang sebenarnya. Semuanya gelap. Selain peristiwa masa lalu, saya juga memiliki peristiwa ketakutan masa kini. Saya masih merasa takut terjadi gempa bumi. Apa sebabnya? Karena gempa bumi adalah peristiwa yang tidak bisa saya kuasai, peristiwa yang uncontrollable.

Alasan kedua adalah karena apa yang kita takutkan itu dapat memberikan dampak yang serius bagi sistem kehidupan kita. Kita pasti merasa tidak takut bila penyakit tertentu mewabah di negara tertentu, bukan di Indonesia, apalagi di kota kita. Kita pasti merasa tidak takut bila penyakit tertentu jarang menyerang pada usia-usia kita. Contohnya, kita mungkin tidak merasa takut dengan penyakit jantung koroner bila usia kita masih relatif muda. Kita juga merasa tidak takut bila bencana alam itu terjadi di wilayah yang jauh dari kita. Kenapa demikian? Karena, semuanya itu tidak berkaitan dengan diri kita. Semua peristiwa itu, dengan kata lain, tidak memberikan dampak serius bagi sistem kehidupan kita.

Nah sekarang coba bayangkan apabila yang terserang kanker itu adalah pasangan hidup kita, atau orang tua kita. Coba bayangkan apabila kita sedang divonis gagal ginjal oleh semua dokter. Coba bayangkan bila kita dipastikan tidak lulus ujian. Coba bayangkan bila pekerjaan kita diprediksi bakal bangkrut dalam waktu yang sangat dekat. Bila kita mengalami hal itu, maka barulah kita merasa takut. Apa sebabnya? Karena, semuanya itu memiliki dampak yang serius bagi sistem kehidupan kita. Misalnya, ketika kita dipastikan tidak naik kelas, maka dampak serius yang mungkin terjadi adalah kita akan dimarahi oleh orang tua, kita akan merasa malu dengan teman-teman sebaya, dan seterusnya. Nah dampak itulah yang kita anggap serius dan akhirnya kita takuti. Tentunya, dalam hal ini kita tidak boleh menyamakan ukuran keseriusan kita dengan orang lain. Semua orang memiliki penilaian yang berbeda-beda akan seberapa seriusnya peristiwa yang menimpa dirinya. Tapi satu hal yang mau ditekankan di sini adalah kita bisa merasa takut apabila peristiwa itu memiliki dampak yang serius bagi sistem kehidupan kita.

Jadi, apakah kita dapat menghilangkan semua rasa takut? Tidak bisa! Selama kita masih menjadi manusia yang bisa bernapas, maka kita masih bisa memiliki rasa takut. Sebab itu, pertanyaan tadi perlu diganti menjadi: Bagaimana caranya mengurangi rasa takut? Yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengurangi rasa takut, bukan menghilangkannya sama sekali. Nah itu masih realistis untuk dilakukan. Terus caranya? Tunggu pembahasan berikutnya.

No comments: