Sunday, June 08, 2008

BERAGAM CARA PEMECAHAN MASALAH

Dalam menolong orang yang sedang memiliki masalah, seorang konselor harus senantiasa meyakini bahwa klien adalah pribadi yang unik. Implikasi dari keyakinan ini adalah konselor akan selalu mencoba untuk menolong klien dengan cara yang paling spesial buat dirinya. Keberhasilan suatu cara yang pernah diterapkan pada seorang klien tidak menjamin keberhasilannya pada klien yang lain. Sebab itu, seorang konselor perlu kreatif dalam memikirkan cara yang paling cocok pada setiap kliennya.

Di antara sekian banyak cara, seorang konselor Asia, Anthony Yeo membagikan pada kita sejumlah cara yang bersifat umum, praktis, dan dapat diterapkan untuk sejumlah besar masalah. Setidaknya ada tujuh cara yang diuraikan oleh Yeo: Pertama, pembingkaian kembali (relabelling). Ini merupakan cara memandang suatu situasi sedemikian rupa sehingga klien akan memberikan reaksi berbeda terhadap situasi itu dan dengan demikian mengalami perubahan. Pengubahan ini dapat dilakukan melalui perubahan konteks konseptual dan/atau emosional di mana situasi tersebut dialami. Segera setelah perubahan ini terjadi, simtom masalah tidak akan bertahan lebih lama lagi. Dengan cara ini, relasi-relasi, perilaku, atau persepsi yang menimbulkan masalah diubah menjadi kekuatan terapeutis.

Contoh penerapan: Anthony Yeo pernah menangani seorang yang menyatakan dirinya tidak normal dan menderita neurosis obsesif kompulsif. Ia sangat terobsesi dengan kebersihan dan tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berusaha menjaga agar dirinya benar-benar bersih. Setiap kali mandi, sekurang-kurangnya ia membutuhkan waktu satu jam lamanya. Ketika membicarakan kasusnya, Yeo menggunakan istilah yang dipergunakannya, yaitu perhatian terhadap kebersihan tubuhnya dan menitikberatkan pada kesadarannya terhadap kebutuhannya untuk mandi secukupnya. Secara konsisten, Yeo mengubah sebutan terhadap perilakunya sebagai kesadaran akan kebersihan. Hasilnya, setelah beberapa waktu, ia mulai mampu melihat kenyataan dirinya dari pandangan yang berbeda dan ia mampu memutuskan durasi untuk mandi. Ia juga sanggup melihat dirinya bukan penderita neurosis (sesuatu yang tadinya membuat ia tidak berdaya).

Ketika kita mengubah makna dari situasi problematis dengan mengubah konsepnya, situasi itu sendiri akan dialami secara berbeda. Sekali kita berhasil mengalami secara berbeda, situasi itu tidak lagi dirasakan problematis. Satu situasi apapun tidak akan berubah selama kita tidak mengubah cara pandang terhadap situasi tersebut. Epictetus, pada abad pertama, pernah mengatakan: "Pada dirinya sendiri setiap hal tidaklah menimbulkan masalah bagi kita, tetapi pendapat kita sendiri tentang hal-hal tersebut itulah yang menimbulkan masalah."

(Disarikan dari Anthony Yeo, Konseling: Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah, 192-194).

No comments: