Pada tanggal 8 Juni yang lalu, saya telah menguraikan salah satu strategi/cara memecahkan masalah. Cara tersebut adalah pembingkaian kembali (relabelling). Kali ini, saya akan mengurai cara kedua, yaitu mengangkat simtom (symptom prescriptions).
Merupakan suatu kecenderungan yang wajar bahwa orang-orang yang berprofesi sebagai penolong ingin meringankan penderitaan dan mengatasi masalah-masalah klien mereka. Kadang-kadang sikap seperti ini malahan dapat mengganggu proses terapi. Akan lebih membantu jika sebelumnya konselor menilai secara cerman kebutuhan-kebutuhan klien sebelum melakukan intervensi. Kadang-kadang klien perlu "mengalami" simtom tersebut secara lebih mendalam demi sebuah perubahan.
Contoh penerapan: Suatu ketika seorang konselor Victor Frankl menghadapi seorang klien yang mengalami ketakutan untuk naik alat transportasi apapun atau memasuki gedung-gedung. Klien itu sangat cemas dan takut kalau tiba-tiba ia pingsan dan mati. Sebagai bagian dari pengobatan itu, Frankl memerintahkan klien untuk membiarkan simtom-simtom itu muncul dan membuatnya sangat menderita. Ia harus mencari tempat-tempat yang ditakutkan agar simtom itu muncul. Klien ini bekerja sama. Ia sungguh-sungguh melakukan apa yang diperintahkan Frankl, dan hasilnya ia sembuh dalam waktu singkat.
Contoh penerapan 2: Seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun dibawa kepada saya karena ia mempunyai kebiasaan memegang kemaluannya di hadapan orang banyak. Awal terjadinya kebiasaan itu dimulai ketika ia sedang tertekan dan harus melakukan sesuatu dengan terburu-buru. Sebagai proses terapinya, konselor meminta orangtuanya untuk menyuruh anak melakukan kebiasaan itu setiap kali ia sampai di rumah sepulang sekolah, setelah makan malam, sebelum ia mandi, dan sebelum ia pergi tidur. Dalam waktu sebulan kemudian, didapatkan bahwa kebiasaan itu menghilang. Saat ini, ia sudah dapat mengendalikan perilakunya, dan bahkan ia dapat menghentikannya.
Bagaimana kita menalar cara terapi seperti ini? Alasan yang melatarbelakangi strategi ini adalah bahwa suatu simtom yang dengan sengaja dibawa ke permukaan akan menyebabkan klien justru dapat mengendalikannya dan pada gilirannya menghilangkannya. Suatu perilaku/simtom yang dianggap terjadi di luar kehendak klien sekarang dapat dikendalikan.
Merupakan suatu kecenderungan yang wajar bahwa orang-orang yang berprofesi sebagai penolong ingin meringankan penderitaan dan mengatasi masalah-masalah klien mereka. Kadang-kadang sikap seperti ini malahan dapat mengganggu proses terapi. Akan lebih membantu jika sebelumnya konselor menilai secara cerman kebutuhan-kebutuhan klien sebelum melakukan intervensi. Kadang-kadang klien perlu "mengalami" simtom tersebut secara lebih mendalam demi sebuah perubahan.
Contoh penerapan: Suatu ketika seorang konselor Victor Frankl menghadapi seorang klien yang mengalami ketakutan untuk naik alat transportasi apapun atau memasuki gedung-gedung. Klien itu sangat cemas dan takut kalau tiba-tiba ia pingsan dan mati. Sebagai bagian dari pengobatan itu, Frankl memerintahkan klien untuk membiarkan simtom-simtom itu muncul dan membuatnya sangat menderita. Ia harus mencari tempat-tempat yang ditakutkan agar simtom itu muncul. Klien ini bekerja sama. Ia sungguh-sungguh melakukan apa yang diperintahkan Frankl, dan hasilnya ia sembuh dalam waktu singkat.
Contoh penerapan 2: Seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun dibawa kepada saya karena ia mempunyai kebiasaan memegang kemaluannya di hadapan orang banyak. Awal terjadinya kebiasaan itu dimulai ketika ia sedang tertekan dan harus melakukan sesuatu dengan terburu-buru. Sebagai proses terapinya, konselor meminta orangtuanya untuk menyuruh anak melakukan kebiasaan itu setiap kali ia sampai di rumah sepulang sekolah, setelah makan malam, sebelum ia mandi, dan sebelum ia pergi tidur. Dalam waktu sebulan kemudian, didapatkan bahwa kebiasaan itu menghilang. Saat ini, ia sudah dapat mengendalikan perilakunya, dan bahkan ia dapat menghentikannya.
Bagaimana kita menalar cara terapi seperti ini? Alasan yang melatarbelakangi strategi ini adalah bahwa suatu simtom yang dengan sengaja dibawa ke permukaan akan menyebabkan klien justru dapat mengendalikannya dan pada gilirannya menghilangkannya. Suatu perilaku/simtom yang dianggap terjadi di luar kehendak klien sekarang dapat dikendalikan.