Wednesday, October 10, 2007

MENGATASI KONFLIK DALAM RUMAH TANGGA 2

Sebagaimana telah dikatakan pada artikel sebelumnya bahwa setiap calon pasangan nikah membawa kantung-kantung harapan, maka kita perlu bertanya darimanakah datangnya kantung-kantung itu. Paul Gunadi berpendapat bahwa kantung harapan itu muncul dari pembentukan masa lalu yang dipengaruhi oleh orangtuanya. Maksdunya, ia melihat cara hidup orangtuanya. Misalnya, mama begitu sopan dan hormat kepada papa, kalau papa sedang marah mama tidak pernah menjawab. Dari pengalaman melihat hal itu, maka calon pasangan bisa jadi akan membawa pengalamannya dalam pernikahan sebagai sebuah harapan. Harapan-harapan itulah yang akan membuat dirinya berkata, "Seorang suami seharusnya berlaku ini atau seorang istri seharusnya berlaku itu, dan seterusnya."

Untuk istri, saya berharap agar ia sebisa mungkin menemani makan dan mengambilkan nasi beserta lauk-pauknya ke piring saya. Harapan ini berakar dari pengalaman melihat mama yang menemani dan mengambilkan makanan untuk papa. Setiap kali kami makan bersama, kebanyakan mama mengambilkan sendok, garpu, serta nasi untuk suami dan anak-anaknya. Kemungkinan besar dari penglihatan seperti demikianlah akhirnya saya berharap agar istri bisa melakukan hal yang sama dengan mama saya. Dan jujur, ketika istri melakukan itu, maka puaslah hati saya.

Selain dari orangtua, pengaruh media massa juga dapat memengaruhi calon pasangan. Paul Gunadi berpandangan bahwa tayangan-tayangan televisi atau film, tanpa disadari sangat berpengaruh. Misalnya, di dalam film itu peran si pria sangat dominan, semuanya tunduk pada kata-kata si ayah atau suami. Nah dalam pernikahan, si calon pasangan dapat meneruskan pengaruh film itu sebagai harapan dalam pernikahannya. Hal ini memang dapat terjadi. Satu ketika seorang istri berkata pada saya bahwa ia ingin agar pernikahannya seindah seperti film Korea. Dari sini kita melihat bahwa pengaruh media massa dapat membentuk kantung harapan kita.

No comments: