PERSOALAN hidup masa kini semakin kompleks. Kehidupan di rumah tangga ataupun tempat kerja diwarnai persoalan perilaku yang menyimpang dari ukuran normal. Salah satu penyimpangan yang makin banyak terjadi adalah penyimpangan seksual. Ibu rumah tangga yang mengalami perkawinan normal pun akhirnya jatuh ke pelukan sesama jenis.
Seorang ibu, sebutlah namanya Sari (41 tahun), mengeluh bingung dengan keadaan dirinya. Sudah hampir satu tahun ini ia terlibat hubungan intim (seksual) dengan teman sejenis, guru privat anaknya.
Suami dan dua anaknya tidak tahu bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan perempuan lajang, sesama anggota organisasi sosial itu. Hanya, suaminya pernah mengingatkan agar tidak berlebihan berhubungan dengan temannya itu. “Sampai seperti orang pacaran,” komentar suami Sari.
Hubungan dengan suami selama ini normal, seperti tidak ada masalah, termasuk dalam hubungan seksual. Kalaupun ada soal yang mengganjal, yakni perbedaan agama. Persoalan lainnya, suami Sari sering bertugas di luar kota.
Setelah akhirnya terjebak dalam hubungan seksual dengan teman sejenis, kini Sari sangat gelisah dan bingung. Secara emosional ia merasa terpenuhi kebutuhannya dari hubungan sejenis ini. Namun, ia sekaligus merasa di persimpangan jalan, jauh dari kedamaian karena konflik.
Dua jenis kelamin
Perilaku seksual yang dijalani Sari tersebut lazim disebut biseksual atau seksualitas ganda. Biseksual merupakan perilaku atau orientasi seksual seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang tertarik secara seksual dan erotik pada dua jenis kelamin.
Tim psikolog dari Northwestern University, AS, yang dipimpin oleh Michael Bailey melakukan penelitian terhadap laki-laki dan perempuan dengan mempertontonkan kepada mereka blue film yang berisi adegan-adegan seks antara laki-laki dan laki-laki, perempuan dan perempuan, serta laki-laki dan perempuan.
Ternyata, respons mereka berbeda-beda dalam menanggapi tontonan adegan seks dalam blue film tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan selalu bergairah menonton adegan seks antara laki-laki dan laki-laki (homoseks), perempuan dan perempuan (lesbian), serta laki-laki dan perempuan (normal). Sebaliknya, laki-laki lebih bergairah menonton adegan seks antara perempuan dan perempuan (lesbian) serta antara laki-laki dan perempuan (normal).
Faktor pendorong
Kecenderungan berorientasi biseksual akan mewujud menjadi tindakan atau perilaku biseksual didorong oleh beberapa keadaan:
1. Coba-coba
Perilaku coba-coba untuk memperoleh pengalaman seksual baru sering dilakukan antarsahabat. Laki-laki yang telah beristri mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat laki-lakinya. Demikian juga perempuan yang telah bersuami, mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat perempuannya. Perilaku biseksual ini dapat juga muncul dari hasil coba-coba antara laki-laki homoseksual dan sahabat perempuannya atau antara perempuan lesbian dan sahabat laki-lakinya. Jadi, fenomena orientasi seksual itu memang kompleks atau pelik dan tidak dapat dilihat hanya pada perilaku yang tampak di permukaan (overt behavior).
2. Seks bebas (free sex)
Para penganut seks bebas seringkali mengadakan pesta seks yang dihadiri banyak orang dengan berbagai ragam orientasi seksual. Dalam keadaan semacam ini sangat terbuka kemungkinan coba-coba melakukan hubungan biseksual. Bila dalam melakukan hubungan itu mengalami kenikmatan seperti diharapkan, perilaku tersebut cenderung diulang-ulang sehingga ia dapat berkembang menjadi orang yang memiliki perilaku biseksual.
3. Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi
Hasil penelitian tentang seksualitas ganda menunjukkan bahwa para wanita biseksual mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang hanya dapat dipenuhi oleh laki-laki, sementara beberapa kebutuhan emosional lainnya menurut mereka hanya dapat dipenuhi perempuan. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan emosional tersebut mereka memiliki peran seksualitas ganda.
4. Kebutuhan akan variasi dan kreativitas
Hasil penelitian terhadap pria biseksual menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menjadi biseksual karena ingin memenuhi kebutuhan akan adanya variasi dan kreativitas untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual.
Dalam kasus di atas, Sari mampu menampilkan diri sebagai seorang yang setia dan penuh kasih sayang terhadap keluarganya, tetapi di balik itu ia berselingkuh dengan sesama jenisnya. Pertemuan dengan teman selingkuh ini dibangun mulai dari persahabatan dalam organisasi sosial yang diikutinya.
Dari relasi itu akhirnya beberapa kebutuhan emosional yang tidak dapat dipenuhi oleh suami (perhatian, kasih sayang, perasaan diterima, dan sebagainya) terpehuhi oleh orang lain. Kedekatan ini kemudian dilengkapi dengan ekspresi fisik, yang akhirnya mengarah pada kegiatan seksual.
Perilaku biseksual termasuk penyimpangan kegiatan seksual yang tidak sesuai dengan norma agama maupun masyarakat. Oleh karena itu, kaum biseksual menghadapi masalah yang sama dengan para gay dan lesbian. Mereka pada umumnya lebih tertekan daripada kaum gay atau lesbian karena identitas seksual mereka dianggap tidak jelas. Sana-sini mau atau AC/DC adalah cemoohan buat kaum biseksual.
Karena besarnya tekanan tersebut, kaum biseksual pada umumnya lebih mudah mengalami gangguan mental dibandingkan dengan mereka yang heteroseksual (normal) maupun homoseksual/lesbian. Sebuah penelitian di Australia yang dimuat dalam British Journal of Psychiatry menemukan bahwa orang-orang biseksual mempunyai perasaan yang sangat dalam terhadap kegelisahan, depresi, dan berbagai pikiran negatif lainnya.
Berkaitan dengan kasus di atas, dapat dipahami kalau ibu muda tersebut sangat tertekan, gelisah, bahkan depresi menghadapi kenyataan dirinya yang telah “telanjur” menjadi biseksual. Ia ingin keluar dari situasi yang menyesakkan dirinya itu.
Mungkinkah? Tentu saja mungkin.
http://kompas.com/read/xml/2009/01/16/0927151/jika.istri.terjebak.biseksual
No comments:
Post a Comment