"Noel, Noel, Noel . . ." demikian lantunan lagu sayup-sayup yang terdengar di sebuah depot. Saat itu, saya makan bersama dengan para hamba Tuhan sehabis rapat. Ketika mendengar lagu-lagu Natal, saya lalu bertanya kepada beberapa rekan hamba Tuhan tentang kenangan Natal. "Ketika bicara soal Natal, kira-kira kenangan apa yang terlintas dalam benakmu? tanya saya kepada mereka. Satu per satu menjawab dengan sangat unik.
Bagi saya, dari tahun ke tahun, entahlah, setiap Natal tiba saya selalu teringat kenangan-kenangan manis di masa lampau. Biasanya memasuki bulan Desember, cicik kedua saya sudah mulai sibuk menata dan menghias pohon Natal dengan aksesoris tertentu. Lampu-lampu hias dan beberapa kado buatan diaturnya sedemikian rupa. Saya kira dialah yang paling rajin untuk menghadirkan suasana Natal di rumah.
Tapi selain itu, ada satu lagi peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan. Sebuah peristiwa yang terjadi waktu kecil di mana papi masih ada dan semua saudara masih belum menikah. Saya ingat sekali kejadiannya waktu itu di ruang tamu, malam hari, dengan pohon Natal beserta lampu-lampu hias gemerlapan yang berdiri di pojok ruang tamu. Waktu itu kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu dalam keadaan lampu dimatikan agar lampu-lampu Natal bisa menerangi ruangan.
Sebuah family gathering yang sangat indah dan berkesan. Andai ada mesin waktu, saya pasti akan memindahkan diri ke waktu itu. Saat ini hidup telah berbeda. Papi telah merayakan Natal di sorga, anak-anaknya sudah memiliki keluarga dan kehidupannya sendiri. Kondisi telah berbeda. Meski merindukan kenangan masa lalu itu terjadi lagi, tapi saya bersyukur kalau Tuhan mengizinkan kesempatan seperti demikian menggores di hati saya. Lalu, saya berjanji untuk mengumpulkan keluarga saya saat ini untuk merayakan Natal bersama. Sedih, senang, dan bangga bercampur menjadi satu ketika kenangan Natal di masa lalu terlintas dalam benak saya. Thanks God!
Bagi saya, dari tahun ke tahun, entahlah, setiap Natal tiba saya selalu teringat kenangan-kenangan manis di masa lampau. Biasanya memasuki bulan Desember, cicik kedua saya sudah mulai sibuk menata dan menghias pohon Natal dengan aksesoris tertentu. Lampu-lampu hias dan beberapa kado buatan diaturnya sedemikian rupa. Saya kira dialah yang paling rajin untuk menghadirkan suasana Natal di rumah.
Tapi selain itu, ada satu lagi peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan. Sebuah peristiwa yang terjadi waktu kecil di mana papi masih ada dan semua saudara masih belum menikah. Saya ingat sekali kejadiannya waktu itu di ruang tamu, malam hari, dengan pohon Natal beserta lampu-lampu hias gemerlapan yang berdiri di pojok ruang tamu. Waktu itu kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu dalam keadaan lampu dimatikan agar lampu-lampu Natal bisa menerangi ruangan.
Sebuah family gathering yang sangat indah dan berkesan. Andai ada mesin waktu, saya pasti akan memindahkan diri ke waktu itu. Saat ini hidup telah berbeda. Papi telah merayakan Natal di sorga, anak-anaknya sudah memiliki keluarga dan kehidupannya sendiri. Kondisi telah berbeda. Meski merindukan kenangan masa lalu itu terjadi lagi, tapi saya bersyukur kalau Tuhan mengizinkan kesempatan seperti demikian menggores di hati saya. Lalu, saya berjanji untuk mengumpulkan keluarga saya saat ini untuk merayakan Natal bersama. Sedih, senang, dan bangga bercampur menjadi satu ketika kenangan Natal di masa lalu terlintas dalam benak saya. Thanks God!
No comments:
Post a Comment