Kemarin waktu ada acara retret alumni, saya terserang penyakit masuk angin. Akibatnya, leher saya menjadi tegang dan kepala menjadi susah untuk digerakkan ke kiri ke kanan. Untung, saya punya teman yang rela ngerokin leher dan punggung. Wah merah sampai hitam warnanya. Agak lega sih, tapi masih sakit lehernya.
Tapi herannya, dalam keadaan itu saya jadi teringat dengan orang-orang yang kena stroke sehingga lehernya menjadi sangat kaku. Dari ingatan seperti demikian, Tuhan sepertinya mengingatkan saya akan dua hal: Pertama, supaya saya tidak banyak menggerutu. Terus terang, sakit ini membuat saya sulit menoleh kiri kanan. Ketika bangun pun, saya harus menggunakan kedua tangan untuk mengangkat kepala karena leher yang sakit itu. Lucu kan? Nah hal itu terjadi dari tiga hari yang lalu sampai sekarang. Hati rasanya kesal. Tapi ya itu tadi, Tuhan ingatkan saya bahwa sakit leher yang kayak gituan masih ringan bila dibandingkan dengan orang yang kena stroke. Langsung saat itu, saya merasa malu karena banyak menggerutu.
Hal kedua, supaya saya bisa berempati dengan orang yang kena stroke. Sakit masuk angin yang menyerang di bagian leher pasti bukan kebetulan. Ada satu maksud dari Tuhan yang perlu saya pelajari. Nah salah satunya adalah saya akan lebih bisa berempati kepada orang yang kena stroke yang mengakibatkan leher susah digerakkan. Kalau saya saja yang baru beberapa hari menderita, lalu bagaimanakah perasaan menderitanya orang yang kena stroke ya? Dari sini saya belajar lebih berempati kepada orang-orang yang menderita penyakit itu.
So kesimpulannya, terima kasih karena saya sakit. Eitt jangan salah! Saya bukan pecinta penyakit sehingga saya berdoa agar Tuhan memberikan penyakit. Tapi saya berterima kasih kepada Tuhan yang mengizinkan saya belajar dua hal penting melalui sakit yang simple ini. Terima kasih Tuhan, Engkau sangat baik!
Tapi herannya, dalam keadaan itu saya jadi teringat dengan orang-orang yang kena stroke sehingga lehernya menjadi sangat kaku. Dari ingatan seperti demikian, Tuhan sepertinya mengingatkan saya akan dua hal: Pertama, supaya saya tidak banyak menggerutu. Terus terang, sakit ini membuat saya sulit menoleh kiri kanan. Ketika bangun pun, saya harus menggunakan kedua tangan untuk mengangkat kepala karena leher yang sakit itu. Lucu kan? Nah hal itu terjadi dari tiga hari yang lalu sampai sekarang. Hati rasanya kesal. Tapi ya itu tadi, Tuhan ingatkan saya bahwa sakit leher yang kayak gituan masih ringan bila dibandingkan dengan orang yang kena stroke. Langsung saat itu, saya merasa malu karena banyak menggerutu.
Hal kedua, supaya saya bisa berempati dengan orang yang kena stroke. Sakit masuk angin yang menyerang di bagian leher pasti bukan kebetulan. Ada satu maksud dari Tuhan yang perlu saya pelajari. Nah salah satunya adalah saya akan lebih bisa berempati kepada orang yang kena stroke yang mengakibatkan leher susah digerakkan. Kalau saya saja yang baru beberapa hari menderita, lalu bagaimanakah perasaan menderitanya orang yang kena stroke ya? Dari sini saya belajar lebih berempati kepada orang-orang yang menderita penyakit itu.
So kesimpulannya, terima kasih karena saya sakit. Eitt jangan salah! Saya bukan pecinta penyakit sehingga saya berdoa agar Tuhan memberikan penyakit. Tapi saya berterima kasih kepada Tuhan yang mengizinkan saya belajar dua hal penting melalui sakit yang simple ini. Terima kasih Tuhan, Engkau sangat baik!
No comments:
Post a Comment