Pernahkah Anda berhutang sejumlah uang hingga Anda merasa tercekik karena tidak bisa membayarnya? Saya pernah. Pengalaman berhutang sewaktu saya duduk di SMU adalah pengalaman yang telah menoreh lubuk hati saya. Rasanya, saya tidak mungkin lupa akan peristiwa waktu itu. Saat itu, karena kesalahan saya, saya akhirnya berhutang dengan seorang teman baik. Hutang itu cukup besar buat seorang anak SMU. Singkatnya, saya kesulitan membayar hutang itu.
Apa rasanya ketika saya tidak mampu membayar hutang itu? Dada saya terasa sesak, leher saya terasa dicekik, dan hidup saya serba tidak nyaman. Di sekolah saya selalu kepikiran, di rumah saya kembali memikirkan hal itu. Betul-betul tidak enak rasanya. Wah kapok deh!
Tetapi ketika merenungkan perkataan rasul Paulus, ". . . kita adalah orang-orang berhutang" (Rm. 8: 12), maka saya mau tidak mau teringat kembali akan pengalaman buruk sewaktu di SMU itu. Kemudian, saya bertanya dalam hati apakah perasaan berhutang kepada Tuhan itu sama persis dengan perasaan berhutang saya kepada seorang teman. Ternyata, mirip tapi tidak sama! Maksudnya?
Tidak sama, karena hutang kepada Tuhan tidak akan pernah terlunasi sehingga perasaan berhutang tidak mungkin sirna. Sedangkan, hutang kepada seorang teman masih mungkin terlunasi sehingga perasaan berhutang pun bisa sirna. Tapi bisa dikatakan mirip, karena berhutang kepada siapa pun akan sama-sama menimbulkan perasaan untuk ingin mengembalikannya. (Ini orang yang normal lho ya).
Nah Roma 8:12 tadi sebenarnya mengajak kita untuk mengingat bahwa kita ini adalah orang yang berhutang kepada Tuhan. Kalau kita sudah percaya Kristus, kalau kita sudah ditebus oleh darah Kristus yang mahal, maka mau tidak mau dan suka atau tidak suka, kita adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Berhutang apa saja? Jelas sangat banyak! Tuhan memberikan kesehatan, kehidupan, pengalaman-pengalaman hidup, keluarga, rezeki, teman-teman, dan seterusnya. Apalagi ada satu lagi yang tidak boleh kita lupakan, yaitu: KESELAMATAN! Dan justru hal keselamatan inilah yang menjadi tekanan rasul Paulus.
Namun masalahnya, kita kadang tidak merasa berhutang kepada Tuhan. Kita kadang seperti seorang anak kecil dalam kisah berikut ini: Satu ketika seorang anak pergi bersama ayahnya ke Mc Donald. Setelah sang ayah memesan paha ayam goreng, lalu ia bertanya kepada anaknya agar ia memesan sesuatu. Anak itu pun ternyata memesan makanan yang sama, yaitu paha ayam goreng. Lalu mereka berdua segera duduk dan makan. Ketika mereka makan, sang ayah menggoda anaknya dengan pura-pura mau mengambil ayamnya. Spontan anak itu berusaha melindungi ayamnya, lantas berkata, "Ayah, ini kan milik saya!" Bukankah kita seperti anak kecil itu? Kita tidak merasa bahwa Tuhanlah yang memberikan semua hal dalam kehidupan kita. Akhirnya, kita pun tidak merasa berhutang apapun kepada Tuhan. Aneh bin ajaib kan?
Semoga melalui perenungan dari Roma 8 tadi mengingatkan akan siapa diri kita. Kita ini adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Ketika kita menyadari hal ini, maka pastilah kita akan merasa ingin segera mengembalikan hutang itu. Dan ketika perasaan ingin mengembalikan hutang itu ada, maka kita akan lebih mudah untuk mempersembahkan waktu, uang, tenaga, talenta, dan hidup kita kepada Tuhan. So, masihkah Anda merasa berhutang?
Apa rasanya ketika saya tidak mampu membayar hutang itu? Dada saya terasa sesak, leher saya terasa dicekik, dan hidup saya serba tidak nyaman. Di sekolah saya selalu kepikiran, di rumah saya kembali memikirkan hal itu. Betul-betul tidak enak rasanya. Wah kapok deh!
Tetapi ketika merenungkan perkataan rasul Paulus, ". . . kita adalah orang-orang berhutang" (Rm. 8: 12), maka saya mau tidak mau teringat kembali akan pengalaman buruk sewaktu di SMU itu. Kemudian, saya bertanya dalam hati apakah perasaan berhutang kepada Tuhan itu sama persis dengan perasaan berhutang saya kepada seorang teman. Ternyata, mirip tapi tidak sama! Maksudnya?
Tidak sama, karena hutang kepada Tuhan tidak akan pernah terlunasi sehingga perasaan berhutang tidak mungkin sirna. Sedangkan, hutang kepada seorang teman masih mungkin terlunasi sehingga perasaan berhutang pun bisa sirna. Tapi bisa dikatakan mirip, karena berhutang kepada siapa pun akan sama-sama menimbulkan perasaan untuk ingin mengembalikannya. (Ini orang yang normal lho ya).
Nah Roma 8:12 tadi sebenarnya mengajak kita untuk mengingat bahwa kita ini adalah orang yang berhutang kepada Tuhan. Kalau kita sudah percaya Kristus, kalau kita sudah ditebus oleh darah Kristus yang mahal, maka mau tidak mau dan suka atau tidak suka, kita adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Berhutang apa saja? Jelas sangat banyak! Tuhan memberikan kesehatan, kehidupan, pengalaman-pengalaman hidup, keluarga, rezeki, teman-teman, dan seterusnya. Apalagi ada satu lagi yang tidak boleh kita lupakan, yaitu: KESELAMATAN! Dan justru hal keselamatan inilah yang menjadi tekanan rasul Paulus.
Namun masalahnya, kita kadang tidak merasa berhutang kepada Tuhan. Kita kadang seperti seorang anak kecil dalam kisah berikut ini: Satu ketika seorang anak pergi bersama ayahnya ke Mc Donald. Setelah sang ayah memesan paha ayam goreng, lalu ia bertanya kepada anaknya agar ia memesan sesuatu. Anak itu pun ternyata memesan makanan yang sama, yaitu paha ayam goreng. Lalu mereka berdua segera duduk dan makan. Ketika mereka makan, sang ayah menggoda anaknya dengan pura-pura mau mengambil ayamnya. Spontan anak itu berusaha melindungi ayamnya, lantas berkata, "Ayah, ini kan milik saya!" Bukankah kita seperti anak kecil itu? Kita tidak merasa bahwa Tuhanlah yang memberikan semua hal dalam kehidupan kita. Akhirnya, kita pun tidak merasa berhutang apapun kepada Tuhan. Aneh bin ajaib kan?
Semoga melalui perenungan dari Roma 8 tadi mengingatkan akan siapa diri kita. Kita ini adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Ketika kita menyadari hal ini, maka pastilah kita akan merasa ingin segera mengembalikan hutang itu. Dan ketika perasaan ingin mengembalikan hutang itu ada, maka kita akan lebih mudah untuk mempersembahkan waktu, uang, tenaga, talenta, dan hidup kita kepada Tuhan. So, masihkah Anda merasa berhutang?
No comments:
Post a Comment