Siapa sih yang tidak pernah mengalami konflik? Saya kira semua orang yang hidup di dunia ini pasti pernah mengalami konflik. Berbicara tentang mengatasi konflik dalam rumah tangga, sebenarnya bukanlah satu hal yang baru bagi orang yang sudah menikah. Sebelum ia menikah, ia tentu pernah mengalami konflik, entah dengan rekan kantornya, orang tuanya, saudaranya, teman olahraganya, dan yang lain-lain. Tapi bukankah seringkali kita yang sudah menikah merasa konflik rumah tangga lebih menyakitkan dan melelahkan ketimbang konflik di luar rumah tangga?
Melalui Mengatasi Konflik dalam Rumah Tangga yang merupakan buah tangan dari Dr. Paul Gunadi, kita akan melihat apa yang menjadi sumber umum dari konflik rumah tangga. Menurutnya, sumber yang paling umum dari konflik rumah tangga adalah terletak pada masalah harapan. Kita mengalami konflik dengan pasangan kita karena dia tidak memenuhi apa yang kita harapkan. Demikian pula sebaliknya, pasangan kita juga merasa bahwa kita tidak memenuhi harapannya.
Paul Gunadi mempercayai bahwa sewaktu seorang menikah dengan pasangannya, ia sebenarnya sudah membawa suatu kantung yang berisi harapan. Harapan-harapan itulah yang akhirnya ia embankan kepada pasangannya. Sama halnya dengan pasangan lawannya. Nah dari sinilah kita melihat akan pentingnya untuk mengomunikasikan harapan-harapan pasangan sebelum pernikahan itu terjadi sebagai usaha untuk mengurangi tingkat konflik. Sebab itu, Paul Gunadi dengan tepat mengatakan: "Yang berbahaya ialah jika harapan ini tidak pernah dibicarakan, karena ada anggapan ini tidak penting atau itu akan beres dengan sendirinya, kemudian melangsungkan pernikahan."
Tapi darimanakah munculnya kantung harapan itu? Tunggu pembahasan berikutnya!
Melalui Mengatasi Konflik dalam Rumah Tangga yang merupakan buah tangan dari Dr. Paul Gunadi, kita akan melihat apa yang menjadi sumber umum dari konflik rumah tangga. Menurutnya, sumber yang paling umum dari konflik rumah tangga adalah terletak pada masalah harapan. Kita mengalami konflik dengan pasangan kita karena dia tidak memenuhi apa yang kita harapkan. Demikian pula sebaliknya, pasangan kita juga merasa bahwa kita tidak memenuhi harapannya.
Paul Gunadi mempercayai bahwa sewaktu seorang menikah dengan pasangannya, ia sebenarnya sudah membawa suatu kantung yang berisi harapan. Harapan-harapan itulah yang akhirnya ia embankan kepada pasangannya. Sama halnya dengan pasangan lawannya. Nah dari sinilah kita melihat akan pentingnya untuk mengomunikasikan harapan-harapan pasangan sebelum pernikahan itu terjadi sebagai usaha untuk mengurangi tingkat konflik. Sebab itu, Paul Gunadi dengan tepat mengatakan: "Yang berbahaya ialah jika harapan ini tidak pernah dibicarakan, karena ada anggapan ini tidak penting atau itu akan beres dengan sendirinya, kemudian melangsungkan pernikahan."
Tapi darimanakah munculnya kantung harapan itu? Tunggu pembahasan berikutnya!
No comments:
Post a Comment