Setelah menguraikan cara memecahkan masalah dengan mengangkat simtom pada tanggal 24 Juni lalu, maka sekarang saya akan menguraikan cara alternatif berikutnya, yaitu menahan perubahan (restraining change).
Pada umumnya konselor menginginkan terjadinya sebuah perubahan dari kliennya. Konselor akan sangat mengharapkan dan mendukung klien agar dapat berubah menjadi lebih baik. Bahkan, kadang-kadang usaha konselor terlihat lebih keras ketimbang klien itu sendiri. Sayangnya, kadangkala situasi ini justru menyebabkan klien menjadi bergantung pada konselornya. Akhirnya, setelah digantungi beberapa waktu, tidak menutup kemungkinan bila sang konselor akan merasa kewalahan dan kelelahan menghadapi kliennya.
Hal ini dapat dihindari jika konselor menyadari bahwa ia tidak harus selalu berhasil mengadakan perubahan. Tampaknya hal ini aneh. Tapi inti dari pemikiran ini adalah bahwa terkadang klien justru dapat berubah bila ia menahan perubahan yang diinginkannya. Rohrbaugh dan kawan-kawannya (1977) menjelaskan bahwa: "Agar dapat terjadi perubahan, bertahanlah dalam situasi yang sama atau menyerah sama sekali." Di sini sang konselor akan mencoba untuk mematahkan semangat klien atau bahkan menyangkal terjadinya perubahan. Sebagai contoh, konselor dapat mengatakan kepada klien untuk "bersabar" dan menekankan risikonya bila ia berubah. Klien perlu diminta untuk mempertimbangkan semua dampak negatif yang akan dialaminya jika ia berubah.
Contoh penerapan: Anthony Yeo pernah mendapatkan seorang klien yang mengalami depresi dan mengeluhkan berbagai simtom pada tubuhnya. Sebagian besar waktu dihabiskan untuk membicarakan rasa sakit di tubuhnya. Dan, karena rasa sakit itu maka ia menyatakan bahwa ia tidak dapat membantu istrinya mneyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan bayinya. Setelah menyimak penuturan kliennya, Yoe membicarakan dampak-dampaknya bila ia berubah. Jika ia sudah sembuh, maka dampak/risikonya antara lain: ia harus membantu istrinya mengurusi pekerjaan rumah tangga, sekali semalam ia harus mengurus bayinya, kehilangan waktu istirahat karena akan semakin banyak ditimbuni oleh pekerjaan yang lain. Sementara istri akan semakin santai, mengajukan tuntutan yang lebih besar lagi padanya untuk menangani rumah tangga.
Yeo membicarakan hal ini dengan hati-hati dan menanyakan kesiapannya untuk mengambil risiko-risiko tersebut. Dengan cara demikian, Yeo bermaksud untuk menunjukkan hal-hal positif yang akan terjadi bila ia mengalami perubahan. Cara ini dipakai untuk menantang klien melakukan perubahan. Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tidak semua klien dapat menerima cara ini dan berhasil melakukan perubahan. Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan cara ini. Untuk rambu-rambu dalam menggunakan cara ini akan dibahas dalam kesempatan mendatang.
Pada umumnya konselor menginginkan terjadinya sebuah perubahan dari kliennya. Konselor akan sangat mengharapkan dan mendukung klien agar dapat berubah menjadi lebih baik. Bahkan, kadang-kadang usaha konselor terlihat lebih keras ketimbang klien itu sendiri. Sayangnya, kadangkala situasi ini justru menyebabkan klien menjadi bergantung pada konselornya. Akhirnya, setelah digantungi beberapa waktu, tidak menutup kemungkinan bila sang konselor akan merasa kewalahan dan kelelahan menghadapi kliennya.
Hal ini dapat dihindari jika konselor menyadari bahwa ia tidak harus selalu berhasil mengadakan perubahan. Tampaknya hal ini aneh. Tapi inti dari pemikiran ini adalah bahwa terkadang klien justru dapat berubah bila ia menahan perubahan yang diinginkannya. Rohrbaugh dan kawan-kawannya (1977) menjelaskan bahwa: "Agar dapat terjadi perubahan, bertahanlah dalam situasi yang sama atau menyerah sama sekali." Di sini sang konselor akan mencoba untuk mematahkan semangat klien atau bahkan menyangkal terjadinya perubahan. Sebagai contoh, konselor dapat mengatakan kepada klien untuk "bersabar" dan menekankan risikonya bila ia berubah. Klien perlu diminta untuk mempertimbangkan semua dampak negatif yang akan dialaminya jika ia berubah.
Contoh penerapan: Anthony Yeo pernah mendapatkan seorang klien yang mengalami depresi dan mengeluhkan berbagai simtom pada tubuhnya. Sebagian besar waktu dihabiskan untuk membicarakan rasa sakit di tubuhnya. Dan, karena rasa sakit itu maka ia menyatakan bahwa ia tidak dapat membantu istrinya mneyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan bayinya. Setelah menyimak penuturan kliennya, Yoe membicarakan dampak-dampaknya bila ia berubah. Jika ia sudah sembuh, maka dampak/risikonya antara lain: ia harus membantu istrinya mengurusi pekerjaan rumah tangga, sekali semalam ia harus mengurus bayinya, kehilangan waktu istirahat karena akan semakin banyak ditimbuni oleh pekerjaan yang lain. Sementara istri akan semakin santai, mengajukan tuntutan yang lebih besar lagi padanya untuk menangani rumah tangga.
Yeo membicarakan hal ini dengan hati-hati dan menanyakan kesiapannya untuk mengambil risiko-risiko tersebut. Dengan cara demikian, Yeo bermaksud untuk menunjukkan hal-hal positif yang akan terjadi bila ia mengalami perubahan. Cara ini dipakai untuk menantang klien melakukan perubahan. Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tidak semua klien dapat menerima cara ini dan berhasil melakukan perubahan. Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan cara ini. Untuk rambu-rambu dalam menggunakan cara ini akan dibahas dalam kesempatan mendatang.
No comments:
Post a Comment