"Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: 'Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.'" (Mat. 16: 23)
Kejayaan dan kejatuhan memang beda artinya. Tentu banyak orang tahu akan hal ini. Tapi kenyataan di lapangan berkata lain. Tembok pemisah antara kejayaan dan kejatuhan sungguh sangat tipis. Maksudnya, dalam sekejap titik jaya seseorang dapat berubah menjadi titik jatuhnya pula. Demikian sebaliknya.
Petrus mungkin dapat mewakili apa yang saya katakan di atas. Coba baca baik-baik Matius 16: 13-23. Setting-nya pada waktu itu adalah Yesus bertanya kepada para murid-Nya, "Siapakah Aku ini?" Di kala mereka sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan Yesus, tiba-tiba saja Petrus menjawab dengan jitu. "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" demikian katanya.
Wah kali itu, Petrus benar-benar jaya. Memang kita tahu bahwa jawaban Petrus bukan muncul karena ia tahu apa yang dikatakannya. Yesus sudah menegaskan bahwa Sang Bapa itulah yang menolong Petrus untuk mengatakan kemesiasan Yesus. Tapi bukankah banyak orang melihat bahwa Petrus sedang mengalami kejayaan rohani? Ia terlihat sebagai sosok pribadi yang peka terhadap suara Bapa. Itu berarti ia juga terlihat sebagai sosok pribadi yang memiliki kerohanian yang unggul. Dus, Petrus benar-benar jaya.
Tapi sayangnya, kejayaan itu dalam sekejap berubah menjadi kejatuhan. Benar, sangat sekejap! Coba lihat keterangan waktu dalam narasi Matius: "sejak waktu itu" (ay. 21). Frasa itu menjembatani antara setting yang sebelum dan sesudahnya. Setting yang sebelumnya berbicara mengenai pengakuan Petrus tentang kemesiasan Yesus, sedangkan setting berikutnya berbicara mengenai Petrus yang berusaha menyelamatkan Yesus dari penderitaan. Nah di setting inilah, Petrus ditegor secara keras oleh Yesus: "Enyahlah Iblis . . .!" Wow . . . sungguh mengherankan! Baru saja Petrus mengalami kejayaan rohani, sekarang ia mengalami kejatuhan rohani. Dalam sekejap saja!
Apa yang dapat kita pelajari sekarang? Ternyata, meski kejayaan dan kejatuhan memiliki pengertian yang berbeda, namun di lapangan, kedua hal ini sangat susah dibedakan. Dalam sekejap orang mengalami kejayaan, tapi dalam sekejap pula orang mengalami kejatuhan. Inilah tanda awas bagi kita. Menurut pengalaman orang banyak, biasanya titik kejatuhan kita terletak pada titik kejayaan kita pula. Hal apakah yang sampai saat ini menjadi kejayaan kita? Waspadalah, jangan takabur! Jangan sampai kejayaan itu berubah menjadi kejatuhan kita.
Kejayaan dan kejatuhan memang beda artinya. Tentu banyak orang tahu akan hal ini. Tapi kenyataan di lapangan berkata lain. Tembok pemisah antara kejayaan dan kejatuhan sungguh sangat tipis. Maksudnya, dalam sekejap titik jaya seseorang dapat berubah menjadi titik jatuhnya pula. Demikian sebaliknya.
Petrus mungkin dapat mewakili apa yang saya katakan di atas. Coba baca baik-baik Matius 16: 13-23. Setting-nya pada waktu itu adalah Yesus bertanya kepada para murid-Nya, "Siapakah Aku ini?" Di kala mereka sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan Yesus, tiba-tiba saja Petrus menjawab dengan jitu. "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" demikian katanya.
Wah kali itu, Petrus benar-benar jaya. Memang kita tahu bahwa jawaban Petrus bukan muncul karena ia tahu apa yang dikatakannya. Yesus sudah menegaskan bahwa Sang Bapa itulah yang menolong Petrus untuk mengatakan kemesiasan Yesus. Tapi bukankah banyak orang melihat bahwa Petrus sedang mengalami kejayaan rohani? Ia terlihat sebagai sosok pribadi yang peka terhadap suara Bapa. Itu berarti ia juga terlihat sebagai sosok pribadi yang memiliki kerohanian yang unggul. Dus, Petrus benar-benar jaya.
Tapi sayangnya, kejayaan itu dalam sekejap berubah menjadi kejatuhan. Benar, sangat sekejap! Coba lihat keterangan waktu dalam narasi Matius: "sejak waktu itu" (ay. 21). Frasa itu menjembatani antara setting yang sebelum dan sesudahnya. Setting yang sebelumnya berbicara mengenai pengakuan Petrus tentang kemesiasan Yesus, sedangkan setting berikutnya berbicara mengenai Petrus yang berusaha menyelamatkan Yesus dari penderitaan. Nah di setting inilah, Petrus ditegor secara keras oleh Yesus: "Enyahlah Iblis . . .!" Wow . . . sungguh mengherankan! Baru saja Petrus mengalami kejayaan rohani, sekarang ia mengalami kejatuhan rohani. Dalam sekejap saja!
Apa yang dapat kita pelajari sekarang? Ternyata, meski kejayaan dan kejatuhan memiliki pengertian yang berbeda, namun di lapangan, kedua hal ini sangat susah dibedakan. Dalam sekejap orang mengalami kejayaan, tapi dalam sekejap pula orang mengalami kejatuhan. Inilah tanda awas bagi kita. Menurut pengalaman orang banyak, biasanya titik kejatuhan kita terletak pada titik kejayaan kita pula. Hal apakah yang sampai saat ini menjadi kejayaan kita? Waspadalah, jangan takabur! Jangan sampai kejayaan itu berubah menjadi kejatuhan kita.
No comments:
Post a Comment